|
Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani (w 1314 H/1897). |
Beliau menyatakan dalam
Tafsirnya, at-Tafsîral-Munîr Li Ma’âlim at-Tanzîl, ketika menafsirkan ayat 54
surat al A’raf: 7,“Tsummastawâ ‘alâ al-‘arsy”, sebagai berikut: |
وَالْوَاجِبُ
عَلَيْنَا أَنْ نَقْطَعَ بِكَوْنِهِتَعَالَى مُنَزَّهًا عَنِ الْمَكَانِ
وَالْجِهَةِ |
“Dankita wajib meyakini
secara pasti bahwa Allah ta’ala maha suci daritempat dan arah….”[2] |
|
|
|
Mufti BetawiSayyid
Utsman bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya al ‘Alawi. |
Beliau banyak mengarang
buku-buku berbahasa Melayu yang hingga sekarang menjadi buku ajar dikalangan
masyarakat betawi yang menjelaskan akidah Ahlussunnah Wal Jama’ahseperti buku
beliau Sifat Dua Puluh. Dalam karya beliau “az-Zahr al-Bâsim FiAthwâr Abi al-Qâsim”,
beliau mengatakan: |
“…Tuhanyang maha suci dari
pada jihah (arah)…”[3]. |
|
|
|
Asy-Syaikh Muhammad
Shaleh ibnu Umar as-Samaraniy yang dikenal dengan sebutan Kiai Shaleh Darat
Semarang (w 1321 H/sekitar tahun 1901). |
Beliau berkata dalam terjemah
kitab al-Hikam(dalam bahasa jawa), sebagai berikut: |
“…lan ora arah lan ora enggon
lan ora mongso lan ora werna” |
Maknanya:”…dan (Allah Maha
Suci) dari arah, tempat, masa dan warna”[4]. |
|
|
|
KH Muhammad Hasyim
Asy’ari, Jombang, Jawa Timur pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia,
Nahdatul Ulama’ (w 7 Ramadlan 1366 H/25 Juni 1947). |
Beliau menyatakan dalam
Muqaddimah Risalahnya yang berjudul: “at-Tanbîhât al-Wâjibât”sebagai berikut: |
وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ
الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِوَالْمَكَانِ |
“Dan aku bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya, Dia maha sucidari berbentuk (ber-jism), arah, zaman atau masa dan
tempat…”[5]. |
|
|
|
KH. Muhammad Hasan
al-Genggongi al-Kraksani, Probolinggo (w 1955), Pendiri Pondok pesantren
Zainul Hasan, Probolinggo, Jawa Timur. |
Beliau menyatakan dalam
risalahnya (Aqîdahat-Tauhîd), sebagai berikut: |
وُجُوْدُ
رَبِّيْ اللهِ أَوَّلُ الصِّفَاتْبِلاَ زَمَانٍ وَمَكَانٍ وَجِهَاتْ |
فَإِنَّهُ
قَدْ كَـانَ قَبْلَ الأَزْمِـنَةْوَسَائِرِ الْجِهَاتِ ثُمَّ الأَمْكِنَةْ |
“Adanya Tuhanku Allah adalah
sifat-Nya yang pertama, (ada) tanpa masa, tempat dan(enam) arah. Karena Allah
ada sebelum semua masa, semua arah dan semua tempat”[6]. |
|
|
|
KH. Raden Asnawi,
Kampung Bandan-Kudus (w 26 Desember 1959). |
Beliau menyatakan dalam
risalahnya dalam bahasa Jawa “Jawab Soalipun Mu’taqad seket”, sebagai
berikut: |
“…Jadiamat jelas sekali,
bahwa Allah bukanlah (berupa) sifat benda (yakni sesuatuyang mengikut pada
benda atau ‘aradl), Karenanya Dia tidak membutuhkan tempat (yakni Dia ada
tanpa tempat), sehingga dengan demikian tetap bagi-Nyasifat Qiyâmuhu bi
nafsihi” (terjemahan dari bahasa jawa)[7]. |
|
|
|
KH. Siradjuddin
Abbas (w 5 Agustus 1980/23 Ramadlan 1400 H). |
Beliau mengatakandalam buku
“Kumpulan Soal-Jawab Keagamaan”: |
“…karenaTuhan itu tidak
bertempat di akhirat dan juga tidak di langit, maha suci Tuhanakan mempunyai
tempat duduk, serupa manusia”[8]. |
|
|
|
Guru Abdul Hadi
Isma’il Cipinang Kebembem, Jatinegara, Jakarta Timur dalam bukunya; “Nukilan
Ushuluddin Bagi Orang yang Baru Belajar Pokok-pokok Agama”, mengatakan: |
“Bermula jalan tiada
bersemayamnya Allah ta’ala pada Dzat-Nya ialah karena Dzat Allah ta’ala itu
Qadim bukan jirm (benda) yang mengambil lapangdan bukan jism yang dapat
dibagi, dan bukan jawhar fard yangmenerima bandingan”[9]. |
|
|
|
Guru Muhammad
Thahir Jam’an, Muara Jatinegara Jakarta Timur dalam bukunya “TashfiyatulJanân
Fi Tahqîq Mas-alah ‘Aqâ-id al-Îman (Mensucikan hati di dalam menyatakan
masalah aqa-idul Iman), mengatakan: |
“(Soal) Apa sebab Allah ta’ala
tiada bersamaan bagi segala yang baharu padaDzat-Nya? |
(Jawab) Sebab Dzat Allah
ta’ala itu bukan jirm, dan bukan jism dan bukan jawhar fard”[10]. |
|
|
|
KH. Sa’id bin
Armia, Giren, Kaligayem, Talang, Tegal Jawa Tengah dalam bukunya
“Ta’lîmal-Mubtadi-în Fî Aqa-ididdîn”, ad- Dars al-Awwal, dan ad-Dars
ats-tsani,hal. 28 mengatakan: |
“Utawiartine sulaya Allah ing
ndalem dzat-e tegese dzat-e Allah iku dudu jirim,dzat-e hawadits iku jirim”
(Adapun arti Allah berbeda dari semua perkara yanghadits (makhluk) pada
Dzat-Nya artinya Dzat Allah bukan jirm (benda) sedangkan dzat makhluk adalah jirm)”[11]. |
|
|
|
KH Djauhari Zawawi,
Kencong, Jember (w 1415 H/20 Juli 1994), Pendiri Pondok Pesantrenas-Sunniyah,
Kencong, Jember, Jawa Timur. |
Beliau menyatakan dalam
risalahnyayang berbahasa Jawa, sebagai berikut: |
“…lanmboten dipun wengku
dining panggenan...”, maknanya: “…Dan (Allah) tidakdiliputi oleh tempat…”
[12] |
|
|
|
KH Choer Affandi (w
1996), pendiri Pondok Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya,Tasikmalaya, Jawa
Barat. |
Beliau menyatakan dalam
risalahnya dengan bahasa Sundayang berjudul “Pangajaran ‘Aqa-id al-Iman”,
yang maknanya: |
“(Sifatwajib) yang kelima
bagi Allah adalah Qiyâmuhu binafsihi – Allah adadengan Dzat-Nya, Tidak
membutuhkan tempat – Dan juga tidak membutuhkan kepadayang menciptakan-Nya,
Dalil yang menunjukkan atas sifat Qiyâmuhu binafsihi,seandainya Allah
membutuhkan tempat –Niscaya Allah merupakan sifat benda (‘aradl),Padahal yang
demikian itu merupakan hal yang mustahil –Dan seandainya Allahmembutuhkan
kepada yang menciptakan-Nya, Niscaya Allah ta’ala (bersifat)baru -Padahal
yang demikian itu adalah sesuatu yang mustahil (bagi Allah)”[13]. |
|
|
|
KH. AchmadMasduqi
dalam bukunya al-Qawâ-id al-Asâsiyyah Li Ahlissunnah Wa al-Jamâ’ah(Konsep
Dasar Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah), menuliskan sebagaiberikut: |
“Menurut golongan Ahlussunnah
WalJama’ah Tuhan Allah itu tidak bertubuh, tidak berjihat dan tidak
memerlukantempat”[14]. |
|
|
|
KH. MisbahZaenal
Musthafa, Bangilan Tuban Jawa Timur dalam bukunya al-Fushûl al-Arba’îniyyahFî
Muhimmat al-Masâ-il ad-Dîniyyah, mengatakan: |
لا
يشبهه شىء ليس بجسم ولا عرض ولا مصورولا متحيز، لا يطعم ولا يشرب، لم يلد ولم
يولد ولم يكن له كفوا أحد، لا يتمكن بمكانولا يجري عليه زمان، ليس له جهة من
الجهات الست، ولا هو في جهة منها، لا يحل في حادث". |
“Tidak adasuatu-pun yang
menyerupai Allah, Allah bukan jism, ‘aradl, bukan sesuatu yangmemiliki gambar
(bentuk), bukan sesuatu yang menempati ruang, tidak makan,tidak minum, tidak
melahirkan dan tidak dilahirkan, tidak ada suatu apapun yangmembandingi-Nya,
Allah tidak bertempat di suatu tempat dan tidak dilalui olehmasa, Allah tidak
menempati salah satu arah dari yang enam, dan Allah bukanbertempat di salah
satu arah, Allah tidak menempati sesuatu yang baharu(makhluk)”[15]. |
|
|
|
KH. Abdullahbin Nuh
dalam bukunya berjudul Menuju Mukmin Sejati terjemahan kitab Minhâjal-‘Âbidîn
karya al-Imâm al-Ghazali, menuliskan sebagai berikut: |
“Oleh karena itu i’tiqad
bid’ah didalam hati sangat berbahaya, seperti mengi’tiqadkan apa-apa yang
nantinya dapatmenyesatkan dia kepada kepercayaan bahwa Allah seperti makhluk,
mislanyabetul-betul duduk di dalam arsy, padahal Allah itu laysa kamitslihi syai’un(Tidak
ada suatu apapun yang menyeruapi-Nya)”[16]. |
Pada bagianlain dalam buku
yang sama, beliau menuliskan: |
“Kemudian sebagai
kesimpulan, jikaengkau benar-benar memikirkan tentang dalil-dalil perbuatan
Allah maka engkauakan yakin bahwa kita mempunyai Tuhan yang maha kuasa, maha
mengetahui, hidup,berkehendak, maha mendengar, maha melihat, berfirman dengan
firman-firman-Nyayang qadim yang tidak ada awalnya dan tidak ada akhirnya.
Maha suci Ia darisegala perkataan yang baru dan iradah yang baru. Maha suci
dari segalakekurangan dan kecelaan. Tidak bersifat dengan sifat yang baharu,
dan tiadaharus bagi-Nya (artinya tidak boleh) apa-apa yang diharuskan bagi
makhluk.Tidak menyerupai suatu apapun dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatu
yangmenyamai-Nya. Tidak diliputi oleh tempat dan jihat (arah). Dan tidak kena
robahdan cacat”[17]. |
|
|
|
Asy-Syaikh Ihsan
binMuhammad Dahlan al-Jampesi, Jampes, Kediri, Jawa Timur dalam bukunya
berjudul “Sirâjath-Thâlibîn ‘Alâ Minhâj al-‘Âbidîn”, menuliskan sebagai
berikut: |
ومقدسا
عن أن يحويه مكان فيشار إليه أو تضمهجهة، وإنما اختصت السماء برفع الأيدي إليها
عند الدعاء لأنها جعلت قبلة الأدعية كماأن الكعبة جعلت قبلة للمصلي يستقبلها في
الصلاة ولا يقال إن الله تعالى في جهة الكعبةكما تقدس عن أن يحده زمان |
“… dan Allahmaha suci dari
diliputi oleh tempat sehingga bisa ditunjuk, Allah juga mahasuci dari
diliputi oleh arah. Sedangkan tangan yang diangkat dan diarahkan kelangit
ketika berdoa dikarenakan langit dijadikan sebagai kiblat doasebagaimana
Ka’bah dijadikan kiblat bagi orang yang shalat, ia menghadapkepadanya di
dalam shalat, dan tidak dikatakan bahwa Allah ta’ala ada di arahka’bah,
sebagaimana Allah maha suci dari dibatasi oleh waktu”[18]. |
|
|
|
KH. Muhammad
Muhajirin Amsar ad-Dari, Bekasi, dalam bukunya berjudul Ta’lîqât ‘Alâ
Matnal-Jawharah, menuliskan: |
قوله
(لكن بلا كيف) أى بلا تكييف للمرئيبكيفيات من كيفيات الحوادث من مقابلة وتحيز
وجهة وغير ذلك، قوله (ولا انحصار) أى للمرئيعند الرائي لاستحالة الحدود والنهاية
عليه تعالى |
“Perkataannya
(asy-SyaikhIbrahim al-Laqqani) “Lâkin Bilâ Kayf” yakni tanpa menyipati Allah
yangdilihat dengan sifat-sifat makhluk seperti berhadap-hadapan, menempati
ruang,berada di suatu arah dan lain sebagainya. Perkataan al-Laqqani “Wa Lâ
Inhishâri”yakni Allah bukan terlihat diliputi oleh suatu tempat karena
mustahil bagiAllah ukuran (kecil, sedang, besar, maupun besar yang diandaikan
tanpapenghabisan) dan mustahil bagi Allah batas akhir (sebagaimana makhluk
memilikibatas akhir)”[19]. |
|
|
|
Asy-Syaikh Abu
Muhammad Hakim bin Masduqi bin Sulaiman al-Lasemi, Lasem Jawa Tengah
dalambukunya berjudul “ad-Dakhâ-ir al-Mufîdah Fî Syarh al-‘Aqîdah”menuliskan
sebagai berikut: |
(لكن)رؤيتنا
له سبحانه وتعالى (بلا كيفية) من كيفيات الحوادث من مقابلة وجهة وتحيز وغيرذلك،
قال تعالى ليس كمثله شىء وهو السميع البصير |
“(Lâkin)tetapi melihat kita
kepada Allah (bilâ kaifiyyah) tanpa Allah disifatidengan sifat-sifat makhluk
seperti berhadap-hadapan, berada di suatu arah,menempati ruang dan lain
sebagainya. Allah ta’ala berfirman yang maknanya:Allah tidak menyerupai sesuatu-pun
dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatu-punyang menyerupai-Nya, Allah maha
mendengar lagi maha melihat”[20]. |
|
|
|
KH Abul Fadhol
as-Senori, Senori Tuban Jawa Timur dalam karyanya berjudul “ad-Durral-Farîd
Fî Syarh Jawharah at-Tawhîd”, menuliskan sebagaiberikut: |
وعرف
من ذلك كونه تعالى منزها عن الاستقرارعلى شىء والتمكن فيه وكونه منزها عن الصورة
والمقدار مقدسا عن الجهات والأقطار |
“Diketahui dariketerangan ini
bahwa Allah ta’ala maha suci dari menetap atau bersemayam diatas sesuatu dan
bertempat di dalamnya, dan bahwa Allah maha suci dari gambar danukuran, maha
suci dari semua arah, penjuru dan tempat”[21]. |
|
|
|
Prof. Dr. H. Mahmud
Yunus dalam bukunya berjudul “Tafsir Qur’an Karim”, menuliskansebagai
berikut: |
“Allah tidak bertempat, karena
yangbertempat itu ialah makhluk-Nya, sedangkan Allah tidak serupa dengan
suatuapapun (QS. Asy-Syura: 11)”[22]. |
|
|
|
Asy-Syaikh
MahmudMukhtar Cirebon Jawa Barat dalam bukunya berjudul
“al-Muqaddimah/al-Mabâdi’al-Mahmûdiyyah Fi al-Masâ-il at-Tawhîdiyyah”,
menuliskansebagai berikut: |
كذا قيام له بالنفس قد وجبا * وضد ذاك افتقارفهو لم يقم |
بحال أو بمكان فادر أو زمن * أو يوم أو ليلأو نور ولا ظلم |
“Demikain pulasifat Qiyâmuhu
Bi Nafsih tetap bagi-Nya, dan mustahil lawan-nya yaitu iftiqâr(membutuhkan
kepada mkhluk), maka Allah tidaklah menempati tempat--ketahuilah-- atau masa,
hari, malam, terang, maupun kegelapan”[23]. |
|
|
|
Asy-Syaikh
MuhammadThayyib ibn Mas’ud al-Banjari, salah seorang ulama alim di wilayah
Banjarmasin,dalam kitab karyanya dalam bahasa Melayu berjudul Miftâh
al-Jannahmenuliskan sebagai berikut: |
“Dan ke-lima Qiyâmuhu Ta’âla
BiNafsihi artinya berdiri Allah ta’âla dengan sendiri-Nya; yakni
tiadaberkehendak Ia kepada mahall (tempat), dan tiada berkehendakkepada
mukhash-shish (yang mengkhususkan atau yang menciptakan)”[24] |
Pada bagianlain, beliau
menuliskan: |
“(Faedah); Ini suatu faedah,
ketahuiolehmu bahwasannya sekailan yang maujûd ini (artinya sesuatu yang
ada)dengan dinisbahkan bagi kaya dengan sendirinya dan tiadanya itu empat
bahagi,pertama; barang yang tiada berkehendak kepada mahall (tempat) dantiada
kepada mukhash-shish yaitu Dzat Allah …”[25] |
Juga menuliskan: |
“Maka Qiyâmuhu Bi Nafsih itu
ibârah (ungkapan) daripada menafikan berkehendak kepada mahall (tempat)”[26] |
|
|
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini