Mbah Mangli Bukanlah nama asli, melainkan sebutan bagi Kiai Hasan dari Desa
Mangli Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
Mbah Mangli dikenal sebagai seorang kiai yang
memiliki banyak karomah. Semasa hidupnya, kiai sederhana yang bersahaja namun
konon memiliki banyak usaha dan dikenal kaya raya ini senantiasa menggunakan
hari-harinya untuk kepentingan agama.
Mbah Mangli di hari-hari tertentu sering
mengisi pengajian. Majlis pengajiannya selalu dihadiri oleh banyak jamaah yang
datang dari berbagai daerah, yakni dari Magelang, Temanggung, Wonosobo, Ungaran,
Semarang, Yogyakarta, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Demak, dan
bahkan dari Jawa Timur dan Jawa Barat Mereka datang ke masjid di Secang tempat
sang kiai
berceramah mengisi pengajian.
SekaJipun bukan seorang pengasuh pondok pesantren
namun Mbah Mangli adalah figur seorang kiai zuhud yang memiliki Ilmu Linuwih
seperti weruh
Sadurunge winarah
selayaknya seorang kiai yang dikenal sebagai waliyullah,
Keanehan sang kiai yang khawariqul adat ini seakan menjadi cerita yang tiada habisnya. Setiap orang memiliki cerita berbeda
perihal karomah sang kiai ini.
Diperoleh keterangan bahwa jika Mbah Mangli
mengisi pengajian di tempat pengajiannya, baik di Desa Mangli maupun di Secang,
dia selain bicara tanpa menggunakan pengeras suara, Padahal pengunjung yang
mengikuti pengajian sangat banyak, mereka rela berdesak-desakan demi
mendengarkan ceramah sang kiai.
Namun anehnya, meskipun sang kiai tidak
menggunakan speaker dan meskipun jamaah mendengarkan dari tempat
yang cukup jauh dari Mbah Mangli berceramah mereka tetap
mendengar suara kiai dengan jelas. Dan itu diketahui secara umum oleh para
hadirin yang dengan setia mendengarkan ceramah Mbah Mangli.
Persoalan yang dibicarakan pun bermacam-macam,
Di samping kajian-kajian agama, terkadang sang kiai juga membahas persoalan
politik yang ketika itu tabu dibicarakan.
Mbah Mangli dengan suara lantang menyuarakan
ketidakadilan-ketidakadilan yang terjadi, seakan bicara bebas tidak peduli
dengan intel penguasa.
Demikian pula, Mbah Mangli dikenal sebagai seorang
yang memiliki kemampuan psychokinesis tinggi. Misalnya, dia dapat mengetahui
siapa tamu yang akan datang beserta maksud dan tujuan si tamu.
Seorang tamu yang datang dari Klaten, misalnya
dia pernah berkunjung sekadar untuk meminta jeruk milik Mbah Mangli, tanpa
maksud lain, Begitu sang lamu sampai di kediaman Mbah Mangli, segera Mbah
Mangli memetik buah jeruk yang ada di pekarangannya dan memberikannya kepada
tamu yang datang dari Klaten tersebut sebelum sang tamu mengutarakan maksud
kedatangannya.
Suatu ketika, tetangganya datang ke rumah Mbah
Mangli, menceritakan bahwa dia baru menanam kubis di sawahnya, dan mohon
berkah-doa dari sang kiai. “Alhamdulillah, kubis yang baru sanpean tanam sudah bisa dipanen” ujar Mbah Mangli.
Karuan saja, si tetangga tak percaya. Bagaimana mungkin?
Namun akhirnya, si tetangga pulang juga menuju sawah yang baru saja ia tanami
kubis dan begitu ampai di sawah terkejutlah ia dengan apa yang dilihainya.
Kubis yang baru saja ditanamnya, ternyata sudah tinggi, besar dan siap dipanen,
sebagaimana dikatakan oleh Mbah Mangli.
Karomah lain dari Mbah Mangli adalah apa yang
terjadi pada sahabat lamanya, Kiai Dimyati dari Bumen Mojotengah Wonosobo yang
lebih dikenal dengan panggilan Mbah Dim. Selain terkenal sebagai salah seorang
kiai zuhud, Mbah Dim juga termasuk salah seorang penasehat spiritual Gus Dur
Bahkan, ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, dan pada 31 Agustus 2000 berkunjung
ke Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber asuhan KH. Muntaha al-Hafizh Gus Dur menyempatkan
diri umuk sowan ke kediaman Mbah Dim itu walaupun tanpa direncanakan
sebelumnya.
Diceritakan bahwa setiap kali Mbah Dim perlu
sesuatu, seperti perlu payung, perlu makanan, atau perlu minuman, dia hanya
bilang kepada salah seorang keluarganya Ternyata, tanpa berselang lama,
keperluan-keperluan tersebut sudah ada di rumahnya. Dan konon, yang membawa
kebutuhan-kebutuhan Mbah Dim adalah Mbah Mangli padahal jarak antara Magelang (tempat
kediaman Mbah Mangli) dan Wonosobo (tempat kediaman Mbah Dim) jelas cukup jauh.
Bukan hanya itu. Kisah-kisah senada juga sering
didengar secara luas oleh masyarakat mengenai karomah Mbah Mangli, Ketika dia
wafat, ribuan pelayat datang dari berbagai penjuru kota hanya sekadar untuk
menghormati kepergian sang kiai yang dikenal sebagai Wali tersebut.
Berbagai karomah kiai sering terjadi seiring
dengan tingkar kemampuan hubungan transendental yang bersangkutan dengan Sang
Khaliq. Demikian pula, kekeramatan Mbah Mangli yang memang sudah dikenal
secara luas oleh masyarakar (baik pesantren maupun non-pesantren). Kemampuan melihat
sesuatu yang
belum terjadi seakan menjadi trade mark bagi Mbah Mangli, Faktor-faktor supranatural yang
dimiliki sang kiai membuat para pengikutnya mengikuti petunjuk petunjuk
keagamaan yang diberikan sang kiai dengat penuh keikhlasan dan kekaguman.
Disadur dari buku Karomah Para Kiai
Oleh Samsul Munir Amin