Kaliwungu selain
terkenal akan kota santrinya, kota ini juga ramai diziarahi oleh orang dari
berbagai daerah, berikut beberapa Makam
yang ramai diziarahi di kota Kaliwungu.
Sunan Katong
beliau menyebarkan
Islam di Kendal bersama sahabatnya dari Demak yaitu Ten Koe Penjian Lien (Tekuk
Penjian) Han Bie Yan (Gembyang) tokoh dari China keduanya masih kerabat Demak.
Dalam menyiarkan agama Islam di Kendal Sunan Katong cukup sukses, dia juga
mampu mengajak Pakuwaja masuk Islam walaupun dengan adutanding.
Kiai Haji Asyari
juga menyiarkan agama
Islam di Kendal. Ada lagi tokoh Kaliwungu yang dikenal sebagai penyebar Islam
pada masa sesudah Sunan Katong yaitu Pangeran Puger, Tumenggung Mandurarejo,
KH. Asyari, KH. Mustofa, dan KH. Musyafa.
Selama ini orang
hanya mengenal Sunan Katong dan Kiai Asyari sebagai
wali dari Kaliwungu. Padahal terdapat pula wali yang tak kalah karomahnya
dengan Sunan Katong yaitu Kiai Musyafa. Kiai (waliyullah) Musyafa' bin H.
Bahram (almarhum) dimakamkan di bukit Protomulyo.
Masyarakat
menyebutnya sebagai makam Jabal (bukit), sebuah kawasan perbukitan. Bukit ini terletak di Desa Proto Mulyo, sebelah timur
Kampung Gadukan, Kutoarjo, Kaliwungu. Dari atas bukit ini dapat dilihat
pemandangan kota Kaliwungu. Dari jauh terlihat masjid Al-Muttaqin yang berada
di pusat kota terlihat sangat dominan dan lebih besar dibanding bangunan lain
yang ada di sekitarnya.
Mbah Musyafa' Kaliwungu
(wafat 13 maret 1969)
semasa hidupnya
terkenal sebagai ulama Islam Kaliwungu yang memiliki karomah dan kesaktian
tertentu. Karena beliau dikenal sebagai waliyullah (kekasih Allah), maka tidak
heran jika beliau memiliki banyak kelebihan berupa karomah. Kyai Musafa' hidup
antara tahun 1920 s.d. 1969.
Seperti halnya makam
wali-wali yang lain, makam Mbah Syafa’, demikian beliau biasa disapa,
inipun kerap dikunjungi para peziarah, terlebih pada hari Kamis wage sore
dan Jumat Kliwon. Pada kedua hari tersebut, ratusan bahkan ribuan peziarah
datang kesana. Santri dari beberapa pesantren juga kerap menjadikannya sebagai
tempat untuk melaksanakan riadah.
Selama hidup (antara
tahun 1920 – 1969), Mbah Syafa’ dikenal sebagai sosok yang zuhud. Ia sangat
sederhana, baik dalam berpakaian maupun dalam bertutur kata. Kesederhanaannya
dalam berpakaian, membuat sebagian orang menganggap Mbah Syafa’ sebagai Kiai
yang sangat miskin.
Bahkan ada orang yang
menganggap Mbah Syafa’ adalah orang gila, karena ia memang kerap berperilaku
Khawariqul Adah, yaitu berperilaku diluar kebiasaan manusia pada umumnya.
Persangkaan orang bahwa Mbah Syafa’ adalah orang gila sudah terdengar sebelum
masyarakat mengetahui karomah dan kewaliannya,”ujar Tomo, pengurus makam wali
di kota Kaliwungu.
Rahasia Mbah Syafa
sebagai wali akhirnya terbongkar. Ceritanya pada suatu hari tetangga disekitar
rumah Mbah Syafa’ dibuat gempar. Saat itu setelah
musim haji, ada seorang haji yang datang ke desa Mbah Syafa. Dia mengaku
dititipi anggur oleh seseorang di Mekah untuk diserahkan kepada Mbah Syafa’,
yang baru saja menunaikan ibadah haji di Mekah. Padahal tetangga Mbah Syafa’
mengetahui sendiri, selama musim haji itu Mbah Syafa’ berada di rumahnya.
Tetangga –tetangga
menganggap tak mungkin mbah Syafa akan menunaikan ibadah haji. Untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari saja masih kekurangan,”ungkapnya.
Sejak peristiwa
menakjubkan itu pandangan orang pada dirinya berubah, apalagi setelah
karomah-karomahnya disaksikan orang-orang disekitarnya.
Karomah Mbah Musyafa’ Kaliwungu
Banyak cerita menarik
seputar kewalian Kiai Musyafa'. Konon di Kendal dahulu pernah ada seorang
waliyullah Abdul Hadi namanya. Ketika beliau akan wafat, beliau menyampekan
pesan pada Habib Umar, penjaganya kala sakit, yang tak jelas maknanya. Beliau
mengatakan, "Nyonya dengklek kidul mesjid
Kaliwungu nyambut gawe kulak jaritan" (Artinya :Nyonya Dengklek sebelah selatan
masjid Kaliwungu Bekerja sebagai tengkulak kain).
Pada saat waliyullah
Abdul Hadi itu meninggal dunia, maka terlihat cahaya (nur) yang bersinar ke
arah Kiai Musyafa'. itulah barangkali tanda awal kewalian Kyai Musyafa'.
Selain itu, ada
beberapa cerita orang tua yang merupakan saksi ahli tentang keanehan-keanehan yang diangap merupakan ciri karomah atau
kewalian Mbah Kyai Musyafa'. Suatu
saat Mbah Syafa’ menjamu tamu yang datang. Masing-masing tamu menuang sendiri
air minum dari ceret yang sudah disediakan. Anehnya air minum yang berasal dari
satu ceret itu di rasakan berbeda-beda oleh tamu yang minum.
Kisah unik lain
ketika Mbah Wali Syafa' memotong pohon kelapa. Ceritanya berawal dari seorang tetangga
yang resah dan khawatir karena pohon kelapanya condong di atas rumahnya.
Mendengar keresahan itu, maka Mbah Syafa' bertandang. Beliau langsung yang naik
pohon kelapa untuk memotong pohon yang condong di atas atap rumah tetangganya
itu.
Setelah selesai di
potong, ternyata pohon kelapa itu jatuhnya justru berlawanan dengan rumah warga
itu. Logikanya pohon itu seharusnya jatuh persis di atas rumah tetangganya itu.
Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Di sinilah orang makin yakin akan
kelebihan karomah Mbah Syafa.
Sekitar tahun
1960-an, Mbah Syafa’ kedatangan seorang tentara. Tentara itu bermaksud memohon
restu, karena sebagai pembela negara dia mendapat tugas ikut dalam rombongan
pasukan Trikora yang akan membebaskan Irian Jaya dari pendudukan Belanda. Saat
dia sampai di tempat tinggal Mbah Syafa’ dan mengemukakan maksudnya, Mbah
Syafa’ tidak menjawab sepatah kata pun. Beliau hanya mengambil sebuah wajan
yang telah di bakar hingga merah membara.
Oleh Mbah Syafa’
wajan itu di dekatkan ke kepala orang tersebut sambil dipukul beberapa kali.
Sesaat kemudian beliau masuk kedalam rumah dan keluar dengan membawa tiga buah
biji randu (Klentheng), lantas menyerahkannya pada orang itu.
“Orang tersebut tidak
mengerti apa maksud Mbah Syafa’, namun ia tetap menyimpan biji randu pemberian
Mbah Syafa’. Di belakang hari, isyarat tersebut bisa diketahui setelah kapal
yang ditumpangi tentara Indonesia hancur di tengah laut. Namun atas izin Allah
orang tersebut selamat,”jelas Tomo.
Dalam kisah yang lain
diceritakan pada 1940-an, suatu hari Mbah Syafa’ menggali tanah hingga dalam.
Orang-orang disekitarnya merasa heran dengan apa yang dikerjakannya itu.
Sebagian mengira tempat itu akan digunakan untuk memelihara ikan, sebagian yang
lain menyangka akan dibuat sumur.
Setelah beberapa
saat, orang baru sadar bahwa Mbah Syafa’ mengetahui peristiwa yang bakal
terjadi belakangan. Karena tidak lama berselang, tentara Jepang menyerbu daerah
Kaliwungu, dan lubang itu dipergunakan sebagai tempat persembunyian orang-orang
yang ada di sekitarnya.
Ketika terjadi
serangan tentara Jepang, masyarakat sudah panik dan lari kesana kemari mencari
perlindungan. Namun Mbah Wali Syafa' justru tenang-tenang aja di teras rumahnya
membaca surat Yasin. Beberapa kali Mbah Wali
membacanya, akhirnya tba-tiba berhentilah serangan montir tentara Jepang tadi.
“Ini Barokahnya bacaan surat Yasin yang dibaca Kiai
Musyafa',”paparnya.
Berbagai peristiwa
aneh terjadi termasuk setelah ia meninggal dunia pada 13 Maret 1969 (seperti
yang tertulis pada nisannya). Suatu ketika Rasyid saat sedang membersihkan
Balai Desa Krajan Kulon, Kaliwungu. Rasyid, tukang sapu kantor tersebut,
ditemui Mbah Syafa’ tanpa berbincang apapun. Mbah Syafa’ memberinya uang
seribu rupiah. Dia tidak mengetahui pada saat itu Mbah Syafa ia telah meninggal
dunia.
Anehnya, ketika sudah
dibelanjakan, uang itu tetap utuh dan tetap ada di saku Rasyid begitu ia sampai
di rumah. Hal itu berulang hingga tiga kali, membuat gundah Rasyid. Hatinya
baru tenang setelah uang itu ia kembalikan ke kuburan Kiai Syafa’.
“Maka sekarang makam
Kiai Musyafa dikenal untuk memperlancar rejeki ,”jelasnya. Meski telah terbukti
karomhanya, masih terdapat pula orang yang tidak mempercayai bahwa Mbah Syafa
adalah wali. Maka suatu saat Kiai Muchid dari Jagalan, Kutoharjo, Kaliwungu
berguman, serasa meragukan berita kewalian Mbah Wali Syafa'. Akhirnya dia
mempunyai rencana untuk menguji kewalian Mbah Syafa. "Apa benar Mbah Kyai Musyafa'itu seorang waliyullah?
Coba aku aku memncoba karomahnya akan pura-pura meminjam uangnya
Kiai",niat Kyai Muchid pada dirinya sendiri.
Kyai Muchid kemudian
sampai di halaman rumah Kiai Musyafa', tiba-tiba Kiai Musyafa' berkata dengan
nada perintah,"Muchid, ke pasar saja memakai bathok kelapa kalau akan
mengemis". Padahal saat itu Kiai Muchid belum mengatakakan apapun. Begitu
mendengar ucapan Kiai Musyafa, maka Kiai Muchid terdiam, tak berani berkata
sepatah kata pun. Dia tidak jadi mengutarakan niatnya akan meminjam uang.
Sampai kini, makam
Kiai Musyafa ramai dikunjungi peziarah. Apalagi ketika acara syawalan peziarah
akan membludak. Biasanya peziarah mengunjungi makam Kiai Musyafak usai ziarah
ke makam Kiai Asy’ari. Seperti diketahui awalnya kegiatan ziarah syawalan mengirim
doa di makam Kyai Asy'ari ini hanya dilakukan oleh keluarga dan keturunannya
Kyai Asy'ari, tetapi lama kelamaan diikuti oleh masyarakat muslim Kaliwungu dan
sekitarnya.
Kedua wali Kaliwungu, Mbah Ru'yat dan Wali Musyafak merupakan tokoh yang memberikan sumbangsih yang begitu banyak dalam sejarah di Kaliwungu, terutama di terkait perkembangan Islam ala Ahlussunah wal Jamaah dan pondok pesantren.
Mbah Ru'yat
Juga merupakan wali yang sangat kharismatik dan begitu disegani masyarakat Kaliwungu, nasab Mbah Ru'yat sampai pada Jaka Tarub, leluhur dari raja-raja kesultanan Mataram. Kontribusi besar yang diberikan Mbah Ru'yat untuk masyarakat Kaliwungu adalah berdirinya Pondok Pesantren Putri Pertama Kali di Kaliwungu, yakni Aribatul Islami. Waktu itu, Mbah Ru'yat menginginkan ada kesetaraan hak baik laki-laki maupun perempuan dalam ngangsu kaweruh di pondok pesantren.Kedua wali Kaliwungu, Mbah Ru'yat dan Wali Musyafak merupakan tokoh yang memberikan sumbangsih yang begitu banyak dalam sejarah di Kaliwungu, terutama di terkait perkembangan Islam ala Ahlussunah wal Jamaah dan pondok pesantren.
Makam Kaliwungu yang ramai diziarahi:
·
Makam Kyai Asy'ari (Kyai Guru)
·
Makam Sunan Katong,
·
MakamPangeran Mandurarejo, seorang
Panglima Perang Mataram,
·
MakamPangeran Pakuwaja.
·
Makam Kyai Rukyat,
·
Makam Kyai Mustofa
·
Makam Kyai Musyafa'.
Makam Kyai Asy'ari,
makam Pangeran Mandurarejo dan Sunan Katong terletak di Jabal sebelah selatan
desa Protomulya, sedangkan makam Kyai Mustofa dan Kyai Musyafa' terletak di
jabal sebelah utara-barat.
Untuk
para santri, jika ingin menghafalkan Al Qur’an atau hendak tadarus Al Qur’an kami
sarankan dibaca di Makam Mbah Musyafa’ Kaliwungu Insya Allah ada sesuatu
hal yang bisa kita peroleh manfaatnya.