KH. Achmad Abdul Hamid
Nama lengkapnya adalah KH.
Achmad Abdul Hamid bin KH. Abdul Hamid Al Qendali. Lahir di kota Kendal (25 km
sebelah barat Semarang tahun 1915 M). Ahmad kecil mau tak mau berada di
tengah-tengah keluarga yang sangat agamis. Ayahnya, KH. Abdul Hamid adalah kiai
besar di jawa tengah waktu itu, yang namanya kesohor di mana-mana terutama di
kalangan pesantren. Ini karena kiai Abdul Hamid juga berhasil menyusun berbagai
kitab berbahasa Arab, suatu bakat yang di kemudian hari akan di wariskan kepada
putranya, Ahmad.
Di sekitar tahun kelahiran Ahmad, bangsa Indonesia sedang
gandrung-gandrungnya membentuk kelompok atau organisasi, baik yang bersifat
keagamaan, sosial, ekonomi maupun politik. pada tahun 1912 misalnya, lahir
organisasi Muhammadiyah. Kemudian pada tahun 1918, lahir Nahdlotul
Tujjar, yang konon merupakan cikal bakal organisasi NU. Berturut-turut di
tahun 1920-an, bermunculan organisasi atau pergerakan, berubahnya SDI
(Sarekat Dagang Islam) menjadi SI (Sarekat Islam), lahirnya NU dan
peristiwa sumpah pemuda yang terkenal itu.
Latar belakang sejarah itu, kemudian membentuk pribadi Ahmad sebagai
seorang aktifis organisasi seejak usia remaja. Apalagi orang tuanya selalu
mendorong dia untuk menempa diri dan berkiprah di organisasi. Tak aneh kalau
munculnya GP Ansor di daerahnya misalnya, tidak terlepas dari jasa Ahmad muda
waktu itu.
Sebagai putra seorang kiai yang sangat membenci penjajah Belanda, Ahmad
masuk di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum Kendal. Setelah itu, berbagai pondok
pesantren ia geluti. Pertama di pondok pesantren Rembang pimpinan KH. Kholil
bin KH. Harun selama dua tahun, kemudian di pondok pesantren Tebu Ireng
Jombang, yang pada waktu itu masih di pimpin langsung oleh Hadrotus Syaikh KH.
Hasyim Asy’ari, di pesantren Jamsaren Solo periode KH. Idris dan di pesantren
Buntet Cirebon di bawah asuhan KH. Abbas. Bahkan ia sempat belajar di tanah
suci Makkah selama dua tahun, yakni ketika naik haji yang kedua kalinya. Di
Makkah, pada malam hari mengaji dan siang hari mengajar di Madrasah Indonesia
yang di pimpin KH. Abdul Jalil Al Muqaddasi.
Dalam mengarungi hidup, Ahmad bin Abdul Hamid merasa telah memenuhi pesan
orang tuanya, bahkan panggilan jiwanya untuk mengabdikan diri sepenuhnya dalam
agama. Hampir seluruh daerah di Jawa Tengah pernah di jangkaunya. Rakyat biasa,
kalangan pemerintah baik sipil maupun ABRI, dapat di pastikan mengenal tokoh
yang kemudian terkenal sebagai ulama’ yang bisa ngemong semua pihak ini.
Hidup secara sederhana, KH. Abdul Hamid tidak pernah melepas waktunya
begitu saja. Selain sebagai imam besar masjid Kendal, ia juga mengasuh pondok
pesantren “Al Hidayah” yang letaknya sekitar 400 m dari rumahnya. Kini Al
Hidayah telah berkembang menjadi suatu lembaga pendidikan yang memiliki
Madrasah Diniyyah, Tsanawiyah, Aliyah, SMP dan SMA.
Beliau juga yang mendirikan “Sarasehan Anjangsih”, pengajian
bulanan untuk para pejabat di Kabupaten Kendal. Belum lagi pengajian di
masyarakat yang jumlahnya tidak terbilang. Dia ba’da Shubuh hari Jum’at
misalnya, membaca kitab “Risalatul Muawanah” untuk kalangan tua
di masjid besar Kendal. Bahkan ketika usianya memasuki 75 tahun, tiap Ahad pagi
setelah melakukan senam jantung, kiai Ahmad bertolak ke Semarang untuk
memberikan pengajian yang ia dirikan pada tahun 1939 M.
Di tengah-tengah kesibukannya membimbing umat, kiai Ahmad ternyata juga
seorang penulis yang sangat produktif. Bakat menulis yang di warisi sang ayah
itu, telah membuahkan hasil sekitar 25 judul kitab yang kebanyakan di tulis
dalam bahasa Jawa Arab Pegon, meliputi bidang akidah, sejarah Islam,
syari’ah, ke-NU-an, ataupun tuntunan-tuntunan dakwah. Kitab-kitabnya yang
mendapat sambutan hangat di kalangan kaum muslimin, kadang di beri sambutan oleh
pejabat-pejabat tinggi negara, seperti Gubernur Jateng, Pangdam Diponegoro,
Mentri Agama, bahkan Jaksa Agung, suatu bukti betapa KH. Abdul Hamid mempunyai
hubungan dekat dengan para pejabat pemerintah (umara’).
>>>> Selengkapnya .....
Dikutib dari Buku: "Ulama Besar Indonesia Biografi dan Karyanya"
Karya: Gus Ulul (PP. Al-Itqon Patebon Kendal)
Miliki segera Bukunya, memuat biografi-biografi ulama Indonesia dan beberapa Ulama Kreatif lainnya
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini