KISAH PAK SHOLEH JAMAAH MAJELIS RASULULLAH SAW
Pak Soleh adalah seorang yang sudah tua, namun masih gagah, kesehariannya bekerja sebagai kuli bangunan, bila ada yang memanggilnya untuk memperbaiki rumah yang rusak atau sekedar genteng bocor maka ia akan datang untuk itu.
Rumahnya sangat sederhana , masih bata merah, belum di plester , namun ia tidak pernah mengeluhkan akan kehidupannya
Ia sudah mengenal Habib Munzir ketika masih memimpin pesantren di Cipayung puncak milik Al Qutb Habib Umar bin Hud Al Atthas.
Ia sangat mencintai para shalihin, hampir setiap majelis ia berusaha untuk selalu hadir walaupun siangnya sudah sangat lelah seharian mencari nafkah.
Semangatnya luar biasa, kadang di bonceng oleh jamaah lain lebih sering menggunakan angkutan umum.
Namun pak sholeh di uji Allah dengan anak, ia mempunyai seorang putra yang mengkomsumsi narkoba sekaligus sebagai pengedar. Masyarakat kampung sudah gerah dengan tingkah laku anak tersebut, sumpah serapah , cacian selalu ia dengar tentang putranya. Ia bersabar saja, terus mendoakan anaknya agar tobat dan kembali kepada ajaran sayyidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
Suatu ketika putranya meninggal dunia..innalillahi wainna ilahi raaji`un. Ia sangat bersedih. Berita kematian putranya tersebar cepat meluas ke kampung halamannya.
Banyak reaksi masyarakat yang senang atas meninggalnya si pemuda “brengsek” di kampung mereka, sampah masyarakat, dan berbagai julukan buruk terhadapnya.
Hingga para warga hingga para kyiai maupun ustad dikampungnya tak satupun mau datang apalagi mensholatkan jenazahnya
Pak Soleh menerima takdir ilahi dengan ikhlas memang inilah jalan hidup putranya sehingga menerima perlakuan yang sedemikian rupa.
Akhirnya proses pemandian, pengkafanan hingga pensholatan hingga pekuburan di lakukan kerabat dekatnya saja
Pak Soleh adalah seorang yang sudah tua, namun masih gagah, kesehariannya bekerja sebagai kuli bangunan, bila ada yang memanggilnya untuk memperbaiki rumah yang rusak atau sekedar genteng bocor maka ia akan datang untuk itu.
Rumahnya sangat sederhana , masih bata merah, belum di plester , namun ia tidak pernah mengeluhkan akan kehidupannya
Ia sudah mengenal Habib Munzir ketika masih memimpin pesantren di Cipayung puncak milik Al Qutb Habib Umar bin Hud Al Atthas.
Ia sangat mencintai para shalihin, hampir setiap majelis ia berusaha untuk selalu hadir walaupun siangnya sudah sangat lelah seharian mencari nafkah.
Semangatnya luar biasa, kadang di bonceng oleh jamaah lain lebih sering menggunakan angkutan umum.
Namun pak sholeh di uji Allah dengan anak, ia mempunyai seorang putra yang mengkomsumsi narkoba sekaligus sebagai pengedar. Masyarakat kampung sudah gerah dengan tingkah laku anak tersebut, sumpah serapah , cacian selalu ia dengar tentang putranya. Ia bersabar saja, terus mendoakan anaknya agar tobat dan kembali kepada ajaran sayyidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
Suatu ketika putranya meninggal dunia..innalillahi wainna ilahi raaji`un. Ia sangat bersedih. Berita kematian putranya tersebar cepat meluas ke kampung halamannya.
Banyak reaksi masyarakat yang senang atas meninggalnya si pemuda “brengsek” di kampung mereka, sampah masyarakat, dan berbagai julukan buruk terhadapnya.
Hingga para warga hingga para kyiai maupun ustad dikampungnya tak satupun mau datang apalagi mensholatkan jenazahnya
Pak Soleh menerima takdir ilahi dengan ikhlas memang inilah jalan hidup putranya sehingga menerima perlakuan yang sedemikian rupa.
Akhirnya proses pemandian, pengkafanan hingga pensholatan hingga pekuburan di lakukan kerabat dekatnya saja
Namun ia tidak pernah putus asa dari rahmat-Nya Allah, ia ingat ada guru yang sangat santun, sangat berkasih sayang barangkali saja ia mau mendoakan anaknya yang telah di kubur, Adda`i Ilallah Sayidilakram Habibana Munzir Allahu yarham.
Segera mencari kabar tentang habibana Munzir akan keberadaannya hingga ke Cipayung puncak. Setelah mendapat kabar bahwa Habib Munzir ada di jatiwaringin, segera ia ke sana. Tiba di sana ia masih harus menunggu
Ahlan wasahlan , wamarhaba..pak Soleh di peluk oleh habibana Munzir seolah-olah beliau tidak bertemu bertahun-tahun
Lalu pak Soleh menceritakan tentang anaknya, beberapa hari sebelum anaknya meninggal , ia menangis bersimpuh di kaki ibunya, meminta maaf telah membuat keluarganya susah, lalu ibunya memaafkannya
Setelah mendengar kisahnya, segera habibana meluncur ke tempat pak Soleh.
Tiba ditempat, Dimana kuburnya?, tanya beliau
Di samping rumah, ya habib..kata pak Soleh
Lalu beliau mensholatkan (sholat ghaib) , lalu berdo`a..
Tangan beliau masuk ke dalam pusara , di keluarkan ..masya Allah..menghitam tangan beliau
Kembali habibana Munzir berdo`a dan memasukkan tangannya..kemudian hilang seperti sediakala..Subhanallah
Insya Allah , khaeir pak Soleh
Pak Soleh memeluk beliau, rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya
Lalu habib bercerita, kalo mau mencari saya, saya deket , kenapa harus ke Cipayung, saya tinggal di jatiwaringin.
Sebelum di cidodol hingga di ligamas Pancoran , ketika itu habib Munzir tinggal di jatiwaringin
Diceritakan Oleh Jamaah Majelis Rasulullah saw
Wallahu`alam
Allahumma shalli alaa ruuhi sayyidina muhammadin fil arwah, wa 'ala Jasadihi filjasad, wa alaa Qabrihi filqubuur"
Artinya
(wahai Allah limpahkan shalawat pada Ruh Sayyidina Muhammad di alam arwah, dan limpahkan pula pada Jasadnya di alam Jasad, dan pada kuburnya di alam kubur
dan jangan Lupa membaca Al-qur'an, jangan lewatkan seharipun tanpa membaca Al-qur'an jadikan bacaan yg paling anda senangi, berkata Imam Ahmad bin Hanbal, Cinta Allah besar pada pecinta Alqur'an, dengan memahamainya atau tidak dg memahaminya.
https://www.facebook.com/AlhabibMunzirAlmusawa
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini