Kesalahan dalam Menilai Orang Lain
HINALAH MAKSIAT TAPI JANGAN HINA PELAKU MAKSIAT
Oleh: https://www.facebook.com/syaroni.assamfury
“Bagaimanakah Cara Kita Memandang Pelaku Kemaksiatan?”
(Saduran taushiyah al-Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufriy dalam video: http://www.youtube.com/watch?v=aZBUe7rBARU)
Kenapa dirimu melihat diri kamu lebih baik dari orang lain? Waspadalah wahai orang yang hendak menuju kepada Allah (salik). Janganlah kamu melihat orang yang berdosa atau pemaksiat dengan pandangan kehinaan. Itu adalah keadaan yang sangat membahayakan. Pandangan seperti itu adalah dilarang. Hal ini akan membekas di hati dan ia mendzalimi hatinya sendiri dengan pandangan yang demikian dan dapat menjadikan gelapnya hati.
Syahdan, ada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israel yang sudah beribadah selama 500 tahun tanpa bermaksiat sedikitpun. Dan adapula seorang darinya yang fasik tak pernah berbuat taat sedikitpun kepada Allah. Saat mereka berdua berpapasan dan saling melihat, berpalinglah keduanya satu sama lain.
Kenapa? Si ahli ibadah tersebut berpaling disebabkan karena keangkuhannya terhadap si pemaksiat itu. Ia menyangka Allah tidak akan mengampuni si pemaksiat itu selama-lamanya. Dia merasa dirinya lebih bagus atas sebab ibadahnya. Padahal makna ibadah yang sebenarnya adalah ibadah yang akan menambahkan kita semakin tawadhu’ dan senantiasa merasa kurang (faqir).
Sebaliknya si pemaksiat itu berpaling dari si ahli ibadah karena apa? Karena ia malu kepada Allah Swt. Saat ia berpaling ia bergumam dalam hatinya: “Astaghfirullahal ‘adzim. Siapakah aku ini, sampai berjumpa dengan orang yang shaleh lagi ahli ibadah? Sedangkan aku ini hanyalah orang yang fasik.”
HINALAH MAKSIAT TAPI JANGAN HINA PELAKU MAKSIAT
Oleh: https://www.facebook.com/syaroni.assamfury
“Bagaimanakah Cara Kita Memandang Pelaku Kemaksiatan?”
(Saduran taushiyah al-Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufriy dalam video: http://www.youtube.com/watch?v=aZBUe7rBARU)
Kenapa dirimu melihat diri kamu lebih baik dari orang lain? Waspadalah wahai orang yang hendak menuju kepada Allah (salik). Janganlah kamu melihat orang yang berdosa atau pemaksiat dengan pandangan kehinaan. Itu adalah keadaan yang sangat membahayakan. Pandangan seperti itu adalah dilarang. Hal ini akan membekas di hati dan ia mendzalimi hatinya sendiri dengan pandangan yang demikian dan dapat menjadikan gelapnya hati.
Syahdan, ada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israel yang sudah beribadah selama 500 tahun tanpa bermaksiat sedikitpun. Dan adapula seorang darinya yang fasik tak pernah berbuat taat sedikitpun kepada Allah. Saat mereka berdua berpapasan dan saling melihat, berpalinglah keduanya satu sama lain.
Kenapa? Si ahli ibadah tersebut berpaling disebabkan karena keangkuhannya terhadap si pemaksiat itu. Ia menyangka Allah tidak akan mengampuni si pemaksiat itu selama-lamanya. Dia merasa dirinya lebih bagus atas sebab ibadahnya. Padahal makna ibadah yang sebenarnya adalah ibadah yang akan menambahkan kita semakin tawadhu’ dan senantiasa merasa kurang (faqir).
Sebaliknya si pemaksiat itu berpaling dari si ahli ibadah karena apa? Karena ia malu kepada Allah Swt. Saat ia berpaling ia bergumam dalam hatinya: “Astaghfirullahal ‘adzim. Siapakah aku ini, sampai berjumpa dengan orang yang shaleh lagi ahli ibadah? Sedangkan aku ini hanyalah orang yang fasik.”
Orang ahli ibadah itu adalah berasal dari kalangan Bani Israel yang mendapatkan karamah (kemuliaan) atas sebab ibadahnya yang ia lakukan. Awan akan menaunginya tatkala ia berjalan. Saat mulai muncul sang mentari di waktu pagi maka datanglah awan untuk menaunginya.
Maka tatkala ia berjumpa dengan orang fasik itu, kemudian ia berpaling darinya karena kesombongannya (takabbur). Yang kita fokuskan di sini adalah tentang pandangan. Pandangannya ahli ibadah itu kepada si fasik dengan pandangan kesombongan, sedangkan pandangan si fasik itu adalah karena malu.
Ketika mereka berpisah, awan yang berada di atas si ahli ibadah itu menyingkir dan berpindah mengikuti si pemaksiat untuk menaunginya. Ini dikarenakan dia (ahli ibadah) memandang dengan pandangan penghinaan.
Tidak dibenarkan bagi kita menghina seseorang. Hinalah maksiat tapi jangan menghina si pelaku maksiat. Hinalah kekafiran tapi jangan menghina si pelaku kekafiran. Karena hakikat yang hina (dihinakan) pada kafir adalah hakikat kekufuran. Apa yang dimaksud dengan hakikat kekufuran? Adalah yang mati dalam kekufuran. Sesungguhnya kita tidak tahu bagaimana nantinya keadaan si kafir saat meninggal? Jadi sama sekali kita tidak dibenarkan menghina seorangpun dari makhluk Allah Swt.
Ada 3 macam bentuk pandangan, yang mana kita berniat untuk tidak melakukannya sehingga tidak mendzalimi hati ini:
1. Melihat kepada aurat, yaitu apa yang diingini oleh nafsu.
2. Melihat dunia dengan pandangan kebesaran.
3. Melihat makhluk Allah dengan pandangan penghinaan.
Dari 3 macam pandangan ini, kita mohon agar dijauhkan darinya. Kita berlindung dari 3 macam ini dan diganti dengan pandangan yang akan mencurahkan cahaya pada hati kita. Pandangan yang akan mencurahkan cahaya pada hati kita adalah pandangan yang telah dibenarkan oleh Allah Swt. Yaitu melihat dengan pandangan tafakkur, pandangan kepada ayah-bunda, kepada ulama, kepada kawan-kawan sesama Muslim dengan pandangan kasih sayang, kepada pelaku maksiat dengan pandangan belas kasihan, dan memandang kepada orang yang taat dengan pandangan kemuliaan.
Inilah diantara bagian-bagian pandangan yang sesuai dengan aturan al-Quran. Pandangan demikian memberikan cahaya dalam hati. Inilah jalan sebagai solusi atas 3 jenis pandangan di atas.
Terkait dengan pembahasan kita tentang hati, mestilah menjaga terhadap perkara ini. Jadi kita ulang sedikit bahasan yang membahas perihal faidah taubat. Faidah taubat di hati akan melahirkan dorongan ke jalan Allah. Dorongan ini akan menyebabkan kita bergerak berpadukan hati. Hati ini penting karena ia adalah tempat pandangan Allah.
Dan diantara hal yang terpenting dengan hati, sebagaimana Nabi Saw. bersabda tatkala bersaksi dalam sumpahnya: “Demi Dzat Yang Maha Membolakbalikkan hati...” Ini adalah satu perkara yang penting. Wajib bagi si salik (orang yang sedang berjalan menuju Allah) memohon pertolongan kepada Allah. Perhatikanlah perkara ini dalam perjalanannmu menuju Allah.
Dan kita telah sepakat bahwasanya hati memerlukan langkah-lamgkah penyelesaian sehingga kita mampu menahan kekacauan, kedzaliman terhadap hati kita. Kemudian bersihkan hati ini dengan izin Allah. Dan kita telah ketahui bahwa jalan penyelesaian itu terbagi menjadi dua bagian; 1) Penyelesaian terhadap apa yang dirasakan, dan 2) Penyelesaian terhadap apa yang tidak dirasakan.
Penyelesaian atas apa yang dirasakan, yakni yang utama adalah mata. Kita sepakat bahwa wajib menahan pandangan mata, tundukkanlah pandangan. Saat kita keluar, kita akan meliihat di jalanan wanita-wanita yang molek. Kita akan melihat satu pemandangan yang kita ketahui melihatnya itu adalah tidak diridhai Allah.
Mulai sekaranglah wahai orang yang ingin menuju kepada Allah, wajib bagimu langkah-klangkah untuk berada dalam pengawasan Allah Swt. Kuakhiri dengan satu ayat: “Matamu sangat bernilai.”
Tahukah kamu kenapa ia sangat bernilai? Karena Allah menciptakannya untuk melihat wajah Allah Yang Maha Mulia. Wahai orang yang telah diciptakan Allah dengan kehendakNya. Diciptkannya mata adalah untuk melihat wajah Allah Yang Maha Mulia. Perbaikilah mata ini karena Wajah Allah sangat mulia.
Sungguh Ia teramat mulia, diperkenankan bagi mata ini yang sering kita kotori, namun Sang Pemiliknya meridhai untuk memandangNya. Tidakkah kita malu untuk mengotori Sang Pemilik Sejati hati ini? Tapi bersihkanlah ia dengan rasa takutmu kepada Allah. Danber’azamlah untuk senantiasa menjaga langkah-langkah penyelesaian ini agar hati ini menjadi disinari. Supaya saat kamu berjumpa denganNya, Ia ridha terhadapmu.
Ya Allah kami mohon wahai Yang Membolakbalikkan hati dan mata, tetapkanlah hati kami dalam agamaMu berkat anugerahMu dan kebaikanMu. Ya Allah sucikan hati kami dari semua yang tidak patut dan tidak pantas terhadapMu. Ya Allah peliharalah pandangan kami dari pandangan yang Engkaiu tidak ridhai. Perliharalah ia dari perkara yang haram. Peliharalah ia dari memandang dunia dengan pandangan kebesaran. Peliharalah ia dari memandang salah satu dari ciptaanMu dengan pandangan kesombongan dan kehinaan.
Ya Allah jadikanlah pandangan kami di dunia memandang ke arah ketaatan. Sehingga kami dimuliakan bisa memandang wajahMu Yang Maha Mulia, sehingga kami dimuliakan bisa memandang wajah Sayyidina Muhammad Saw., sehingga kami dimuliakan bisa memandang mereka yang benar dan mereka yang mencintai di sisiMu yang tergolong orang-orang yang diterimaMu.
Ya Allah peliharalah hati kami sebagaimana Engkau memelihara hati-hati orang yang benar. Dan jadikanlah kami berjalan di atas jalan-jalan mereka wahai Yang Maha Mulia. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw. serta keluarganya dan para sahabatnya. Aamiin.
Ya Allah jadikanlah pandangan kami di dunia memandang ke arah ketaatan. Sehingga kami dimuliakan bisa memandang wajahMu Yang Maha Mulia, sehingga kami dimuliakan bisa memandang wajah Sayyidina Muhammad Saw., sehingga kami dimuliakan bisa memandang mereka yang benar dan mereka yang mencintai di sisiMu yang tergolong orang-orang yang diterimaMu.
Ya Allah peliharalah hati kami sebagaimana Engkau memelihara hati-hati orang yang benar. Dan jadikanlah kami berjalan di atas jalan-jalan mereka wahai Yang Maha Mulia. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw. serta keluarganya dan para sahabatnya. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini