• Info Buku: Kyai Miftah Tegal

    Judul Buku: Kyai Miftah Tegal
    Penulis: Abdul Fatah, M.Pd.I
    Penerbit: Pustaka Pesantren
    Cetakan: I, 2012
    Tebal: 232 halaman
     
    Kiai Miftah. Seorang Ulama kharismatik dari desa Kajen, kecamatan Talang, Kabupaten Tegal. Kepribadiannya patut dicontoh oleh kalangan masyarakat umum, baik generasi sekarang maupun mendatang. Di tengah masyarakat modern dan krisis moral dewasa ini, sosok ulama berkepribadian luhur serta uswah (teladan) yang baik, sangatlah di butuhkan agar setiap generasi dapat meniru thoriqotul hayyah (jalan hidup) dalam menapaki permasalahan hidup yang sangat kompleks.

    Di ulas secara runut, silsilah Kiai Miftah dari jalur ayah akan sampai pada Sultan Agung Raja Mataram Islam yang berkuasa pada tahun 1613-1645 M. Namun ia sering juga dikait-kaitkan sebagai keluarga Keraton Surakarta. Sehingga pada tanggal 20 Agustus 2006, Keraton Surakarta secara resmi mengangkat Kiai Miftah sebagai keluarga dengan ditandai pengukuhan gelar (putra Kiai Miftah). Bila diulas lagi, Kiai Miftah juga keturunan ketujuh dari Sultan Agung Hanyokrokusumo atau keturunan Brawijaya V, Raja Majapahit. (halaman 36-39).

    Di balik kekharismatikkannya, beliau juga memiliki banyak keistimewaan. Diantaranya, Menurut Kiai Abdul Muhyi  Pekalongan, Kiai Miftah sudah hafal Jurumiyah, Imriti, dan Alfiyah Ibnu Malik sejak umur 11 tahun di luar kepala. Sehingga ia mulai mengenyam pendidikan pondok pesantren dari arah barat, tepatnya di Pondok Pesantren Kempek Cirebon. Kemudian beliau melanjutkan di Pesantren Lirboyo selama dua puluh satu tahun. “Sewaktu pulang kampung ia sudah seperti bujang tua karena lamanya di pesantren”, kata Bapak H. Hidir (sahabatnya).


    Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 memang bukanlah segala-galanya bagi bangsa Indonesia. Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 sekadar pemberitahuan kepada seluruh dunia bahwa bangsa Indonesia telah merdeka. Namun, tidak lama kemudian menjamurlah pertempuran-pertempuran yang menyebar luas di seluruh Indonesia.

    10 November 1945, Kiai Miftah ikut serta bertempur melawan Belanda, senjata yang digunakan adalah bambu runcing, bahkan sebagian pasukan menggunakan batang ketela. “Kiai Miftah termasuk komandan pasukan santri yang menggunakan senjata berupa pohon ketela, tapi di depan musuh terlihat seperti pedang,” ungkap Kiai Abdul Muhyi. (halaman 58).

    Menindaklanjuti keputusan NU, banyak sekali ulama dan santri melakukan gerakan menentang ajaran komunis dan mempersempit gerak PKI. Beliau tidak begitu tampak di permukaan. Namun Banyak pemuda hilir mudik di kediaman Kiai Miftah untuk meminta saran dan dukungan batiniah dalam menghadapi PKI.

    Saat itu warga diperintahkan untuk membaca naruda bika i`ada minkulli wijhatin wabil ismi narmihim minal bu`di bisyatat; dibaca ketika menghadapi musuh. Sehingga musuh yang menyerang akan terpental dan bila memakai senjata, tidak akan terkena. (halaman 73).

    Perjuangan melalui jalur pemasyarakatan, Haji Raden Muhammad Miftah berjasa atas pembangunan masyarakat (Umat). Dengan segala konsekuensinya, ia menjadi Rois Syuriah PCNU Tegal hingga empat periode.
    Tidak berhenti sampai di situ, lembaga-lembaga formal pun beliau dirikan. Dari SMP Penawaja, SMA, MTs NU/SMA NU Wahid Hasyim, MTs NU Sunan Kalijaga, STAIBN Slawi, sampai Yaumi. Hal ini menandakan bahwa beliau sangat aktif semenjak usia dini.

    Di antara keteladanan sifat-sifat Kiai Miftah, Beliau suka bersilaturahim, zuhud dan sederhana, meluangkan waktu bertafakkur terhadap kekuasaan Allah SWT, menghargai dan menghormati yang lebih muda, tidak banyak bicara kecuali yang bermanfaat, Tawadlu’ dan menerapkan pola hidup sederhana.

    Singkatnya, beliau tidak hanya berda’wah melalui lisan dan perbuatan, tetapi juga karya tulis yang monumental. Yaitu Risalah Mufidah, yang menjadi kajian rutin Jam`Iah Manaqib di Kalimati, Adiwerna.

    Apa I`tibar yang bisa diambil dari Kiai Miftah? Ternyata, jiwa perjuangannya (ruh jihad) tidak pernah padam meski waktu berlalu. Saat Kiai Miftah menjadi komandan pasukan dari ponpes Lirboyo, benih- benih ruh jihad sudah mulai tumbuh walau tidak diimplementasikan menjadi gerakan islam radikal.

    Tentunya, biografi singkat Kiai Miftah ini, diharapkan bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi generasi pemuda karena Al-Ulama` Wara Satul Anbiya` (Ulama pewaris para Nabi).

    Peresensi: Muhammad Saifuddin
    Mahasiswa LIPIA Jakarta dan aktifis Forum Kajian Ketapang (FK2)
    (//mbs)
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Silahkan tinggalkan pesan disini

    DAFTAR SEKARANG

    Pendaftaran Madrasah Aliyah Keagamaan Al-Itqon Patebon, Kendal Tahun Pelajaran 2023/2024 Daftar Sekarang, Kuota Terbatas.

    ALAMAT

    Kebonharjo RT 3 RW 2 Patebon Kendal Jawa Tengah

    EMAIL

    spmalitqon@gmail.com
    mak.alitqon@gmail.com

    TELEPON

    0813-1111-9337

    WHATSAPP

    0813-1111-9337