Allah
mencintai mereka dan mereka mencintai Allah (QS. 5 : 54)
Allah adalah Dzat yang paling
berhak menerima cinta. Karena cinta kepada Allah merupakan puncak keberagamaan.
Setelah sampai kepada puncak "mahabbah"
tidak ada lagi pendakian. Yang dirasakan hanyalah kerinduan dan
kemesraan. Allah Swt mensifati hamba-hamba pilihannya dengan kalimat, "yuhibbuuhum wa yuhibbuunahu" Allah
mencintai mereka dan mereka mencintai Allah (QS. 5 : 54).
Mencintai Allah dan berusaha mendapatkan cinta-Nya merupakan suatu
kewajiban. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Cintailah Allah karena Dialah
yang mencurahkan nikmat-Nya kepada kalian. Cintailah aku karena cinta kalian
kepada Allah dan cintailah keluargaku karena cinta kalian kepadaku." (HR. Tirmidzi).
Rasululllah Saw selalu berdoa untuk mendapatkan cinta-Nya, "Ya Allah, hamba mohon
cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu serta amalan yang mendekatkan
kepada cinta-Mu." (HR. Tabrani dan Tirmidzi).
Perasaan cinta kepada
Allah merupakan cara pendidikan Illahi untuk meningkatkan perasaan dan
membersihkan akhlak. Cinta kepada Allah dapat melindungi seseorang dari dosa
dan kesesatan juga dapat membuat rohani bersinar sehingga memperoleh ketenangan
dan selalu ingat kepada Allah.
Mahabbatullah merupakan penyerahan diri kepada Allah secara total.
Bersandar kepada-Nya dan mengutamakan ketaatan kepada-Nya. Berbahagialah orang
yang mampu mengalihkan kekuatan cintanya kepada Allah semata, sehingga ia
mencintai Allah dengan segenap hati dan jiwanya. Cinta seperti ini merupakan
puncak kenikmatan rohani. Hatinya tidak merasa memiliki kenikmatan kecuali
menjadikan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segala-galanya. Jika
sudah terjalin cinta antara seorang hamba dengan Tuhannya, Allah akan
memberikan apa yang dibutuhkan hambanya. "Jika ia
memohon kepada-Ku pasti Kukabulkan, jika ia memohon perlindungan kepada-Ku
pasti Ku- Lindungi." (Hadist Qudsi).
Imam Ghozali berpendapat bahwa terdapat 2 jenis orang
jatuh cinta kepada Allah. Karena sudah mengenal Allah sehingga cinta mereka
kepada Allah sangat kokoh. Orang-orang termasuk golongan ini adalah para Nabi
dan Rasul utusan Allah. Yang kedua, adalah Ai-Dhua'fa orang-orang yang lemah baru
jatuh cinta kepada Allah setelah berusaha belajar mencintai- Nya.
Jika mahabbatullah
sebuah rumah, ada pintu untuk memasukinya, yaitu Rasulullah Saw karena beliau
adalah orang yang paling mencintai Allah, mengenal dan mengetahui tentang
Allah. “Di antara kalian akulah yang paling tahu
tentang Allah," begitu sabda Rasulullah Saw. Mencintai
Rasulullah Saw pada hakikatnya mencintai risalah yang dibawanya. Meneladani
amalan-amalan yang sangat dicintainya.
Melaksanakan sholat malam dan menyayangi fakir miskin
adalah contoh amal yang sangat dicintai Rasulullah, banyak hadist yang
menerangkan bahwa kedua amal saleh itu merupakan jalan tercepat seorang hamba
untuk menemui Tuhannya. "Barang siapa
menghendaki perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah ia beramal saleh dan jangan
menyekutukan-Nya dengan sesuatupun dalam beribadah kepada-Nya”. (QS.18:11).
Cinta kepada Allah harus diletakkan nomor pertama.
Dalam sebuah buku Ibnu Qoyyim pernah menjelaskan kerugian dan penderitaan
orang-orang yang menomorduakan mahabbatullah. la memberi contoh
tentang orang yang menderita karena dimabuk cinta:
Pertama
Hatinya akan tersiksa oleh orang
yang dicintainya. Seorang penyair melukiskan tentang penderitaan orang-orang
yang dimabuk cinta.
“Tak seorang pun yang paling sengsara di muka bumi ini dari pada orang yang sedang jatuh cinta. la menangis karena rindu dan menangis karena takut berpisah, matanya membengkak ketika berpisah dan membengkak ketika bertemu""
Kedua
hatinya berada dalam kekuasaan
orang lain yang membuatnya menjadi buta dan tuli. Hati yang paling jauh dari
Allah adalah hati orang yang tergila-gila pada sesuatu. Cinta kepada Allah akan
membekas di dalam ruh dan jiwa, dan memberi perlindungan agar tidak tergelincir
dari petunjuk-Nya. la adalah kekuatan ruhiyah yang akan mengangkat pemiliknya
ke derajat yang tinggi. Pada hakikatnya seseorang tidak akan menemukan cinta
yang lebih bermanfaat selain mencintai Allah. Mencintai Allah SWT adalah
jaminan untuk mendapatkan cinta dan ampunanNya. Namun cintanya Allah hanya
diberikan kepada orang-orang yang mencintai-Nya saja. “Allah mencintai mereka
dan mereka mencintai Allah" (QS.5:54).
Imam Ghazali berkata bahwa
banyak orang mengaku cinta kepada Allah, padahal mereka belum menguji kemurnian
cintanya. Untuk menguji kemurnian cinta kepada Allah, jawab dan renungkanlah
beberapa pertanyaan ini,
“Siapkah kita menghadapi
kematian?
“Siapkah kita berkorban demi
Allah?
“Apakah kita sudah melazimkan
dzikrullah?
“Apakah kita selalu menyediakan
waktu untuk beribadah kepada Allah pada malam hari?
“Apakah kita sudah merasakan
nikmatnya beribadah kepada Allah?”
“Apakah kita mencintai
orang-orang yang taat kepada Allah dan membenci orang-orang yang durhaka
kepada-Nya?"
Fudhail berkata, “Jika seseorang
bertanya kepadamu, dengan pertanyaan, Apakah kamu
mencintai Allah? Maka diamlah, karena jika kamu menjawab, Aku tidak
mencintai-Nya. Maka
kamu telah kafir. Sedangkan jika kamu menjawab, 'Ya, aku
mencintai-Nya.' Kamu sendiri mengetahui perbuatan-perbuatan durhakamu kepada Allah.”
Akhirnya, marilah kita jawab
dengan jujur bahwa kita belum mencintai Allah sepenuhnya, tetapi kita sedang
belajar untuk mencintai-Nya. We don’t fail in love but learn to love. “Ya
Allah, hamba mohon cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu serta
amalan yang mendekatkan pada cinta- Mu."
(Subqi/Al Mihrab)
diketi ulang oleh: Imam Turmudhi
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini