PERINGKAT WALI
1. Al Aqtab berasal dari kata tunggal Al Qutub yang mempunyai erti penghulu.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Al Aqtab adalah darjat kewalian
yang tertinggi. Jumlah wali yang mempunyai darjat tersebut hanya
terbatas seorang saja untuk setiap masanya. Seperti Abu Yazid Al
Busthami dan Ahmad Ibnu Harun Rasyid Assity. Di antara mereka ada yang
mempunyai kedudukan di bidang pemerintahan, meskipun tingkatan
taqarrubnya juga mencapai darjat tinggi, seperti para Khulafa?ur
Rasyidin, Al Hasan Ibnu Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar Ibnu Abdul Aziz
dan Al Mutawakkil.
2. Al Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang mempunyai erti pemimpin.
Setiap masanya hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai darjat Al
Aimmah. Keistimewaannya, ada di antara mereka yang pandangannya hanya
tertumpu ke alam malakut saja, ada pula yang pandangannya hanya tertumpu
di alam malaikat saja.
3. Al Autad berasal dari kata tunggal Al Watad yang mempunyai erti pasak.
Yang memperoleh darjat Al Autad hanya ada empat orang saja setiap
masanya. Kami menjumpai seorang di antara mereka dikota Fez di Morocco.
Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka
bagaikan penjaga di setiap pelusuk bumi.
hanya dengan ilmu dapat mengenal.kalau tidak musuh yang nyata dapat menyamar.
4. Al Abdal berasal dari kata Badal yang mempunyai erti menggantikan.
Yang memperoleh darjat Al Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap
masanya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah swt untuk menjaga suatu
wilayah di bumi ini. Dikatakan di bumi ini mempunyai tujuh daerah.
Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu
meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain. Ada
seorang yang bernama Abdul Majid Bin Salamah pernah bertanya pada
seorang wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, amalan apa yang
dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab Muaz Bin Asyrash:
“Para wali Abdal mendapatkan darjat tersebut dengan empat kebiasaan,
yaitu sering lapar, gemar beribadah di malam hari, suka diam dan
mengasingkan diri”.
5. An Nuqaba' berasal dari kata tunggal Naqib yang mempunyai erti ketua suatu kaum.
Jumlah wali Nuqaba' dalam setiap masanya hanya ada dua belas orang.
Wali Nuqaba' itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang
hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahsia
yang tersembunyi di hati seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk
meramal tentang watak dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki
seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah aneh. Kalau
ahli jejak dari Mesir mampu mengungkap rahsia seorang setelah melihat
bekas jejaknya. Apakah Allah tidak mampu membuka rahsia seseorang kepada
seorang waliNya?
6. An Nujaba'
Berasal dari kata tunggal Najib yang mempunyai erti bangsa yang
mulia. Wali Nujaba? pada umumnya selalu disukai orang. Dimana sahaja
mereka mendapatkan sambutan orang ramai. Kebanyakan para wali tingkatan
ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat
mengetahui bahawa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang
lebih tinggi darjatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih
dari lapan orang.
7. Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang mempunyai erti penolong.
Jumlah wali Hawariy ini hanya ada satu orang sahaja di setiap zamannya.
Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan di-ganti
orang lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair Bin Awwam saja yang
mendapatkan darjat wali Hawariy seperti yang dikatakan oleh sabda Nabi:
“Setiap Nabi mempunyai Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam”.
Walaupun
pada waktu itu Nabi mempunyai cukup banyak sahabat yang setia dan
selalu berjuang di sisi beliau. Tetapi beliau saw berkata demikian,
kerana beliau tahu hanya Zubair sahaja yang meraih darjat wali Hawariy.
Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang berani dan pandai
berhujjah.
8. Ar Rajbiyun berasal dari kata tunggal Rajab. Wali Rajbiyun itu adanya hanya pada bulan Rajab saja.
Mulai awal Rajab hingga akhir bulan mereka itu ada. Selanjutnya keadaan
mereka kembali biasa seperti semula. Setiap masa, jumlah mereka hanya
ada empat puluh orang sahaja. Para wali Rajbiyun ini berpecah di
berbagai wilayah. Di antara mereka ada yang saling mengenal, tapi
kebanyakannya tidak. Disebutkan bahawa ada sebahagian orang dari Wali
Rajbiyun yang dapat melihat hati orang-orang Syiah melalui kasyaf. Ada
dua orang Syiah yang mengaku sebagai Ahlu Sunnah dihadapan seorang wali
Rajbiyun. Lalu keduanya diusir, kerana wali Rajbiyun itu melihat
keduanya berupa dua ekor babi, sebab keduanya membenci Abu Bakar, Umar
dan sahabat-sahabat lain. Ke-duanya hanya mencintai Ali dan sejumlah
sahabatnya. Ketika keduanya bertanya padanya, maka si wali tersebut
berkata: “Aku lihat kamu berdua berupa dua ekor babi, kerana kamu
menganut mazhab Syiah dan membenci para sahabat Nabi”. Ketika berita itu
disedari kebenarannya oleh keduanya, maka keduanya mengaku benar dan
segera memohon ampun kepada Allah. Demikianlah secebis kisah kasyaf
seorang wali Rajbiyun.
Pada umumnya, di bulan Rajab, sejak awal
harinya, para wali Rajbiyun menderita sakit, sehingga mereka tidak dapat
menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan Rajab, mereka senantiasa
mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, kemudian mereka
memberitahukannya kepada orang lain. Anehnya penderitaan mereka hanya
berlangsung di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan
mereka kembali seperti semula.
9. Al Khatamiyun berasal dari kata Khatam yang mempunyai erti penutup atau penghabisan.
Maksudnya
darjat Al Khatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka
hanya seorang. Tidak ada darjat kewalian umat Muhammad yang lebih tinggi
dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa, iaitu
ketika Nabi Isa as.datang kembali.
Di antaranya, ada para Wali
yang hatinya seperti Nabi Adam as. Jumlah mereka hanya tiga ratus orang.
Sabda Nabi saw: “Mereka berhati seperti hati Adam as”. Mereka diberi
anugerah tersendiri oleh Allah swt. Syeikh Muhyidin berkata: “Jumlah
wali jenis ini bukan hanya tiga ratus orang saja dikalangan
umatnya,
tetapi ada juga dikalangan umat-umat lain. Tentang keberadaan mereka
hanya dapat diketahui secara kasyaf. Setiap masanya dunia tidak pernah
kosong dari keberadaan mereka. Mereka mempunyai budi pekerti Ilahi,
mereka amat dekat disisi Allah. Doa mereka selalu diterima oleh Allah.
Mereka senang dengan doa: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami suka
menganiaya diri kami. Jika Engkau tidak berkenan memberi ampunan dan
kasih sayang kepada kami, pasti kami akan termasuk orang-orang yang
rugi”.
Di antara mereka ada pula yang berhati seperti hati Nabi
Nuh as. Jumlah mereka hanya empat puluh orang di setiap zamannya. Hati
mereka seperti hatinya Nabi Nuh as. Beliau adalah Nabi dan Rasul
pertama. Mereka suka berdoa, seperti doa Nabi Nuh as yang ertinya:
“Tuhan, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sesiapa sahaja dari
orang beriman, lelaki ataupun wanita yang masuk ke dalam rumahku dan
jangan Engkau tambahkan bagi orang-orang yang berbuat aniaya kecuali
kebinasaan”.
Tingkatan wali dari
jenis ini sukar diraih orang, sebab ciri khas mereka sangat keras dalam
menegakkan agama, seperti sifat Nabi Nuh as. Mereka selalu memperhatikan
sabda Nabi saw yang ertinya: “Barangsiapa yang beribadah selama empat
puluh hari dengan penuh ikhlas, maka akan terpancar ilmu hakikat dari
lubuk hatinya ke lidahnya”.
Di antaranya pula ada yang
berhati seperti hati Nabi Ibrahim. Jumlah wali jenis ini hanya ada tujuh
orang dalam setiap zamamnya. Rasulullah saw pernah menceritakan tentang
mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka suka dengan doa Nabi Ibrahim
as yang ertinya: “Tuhanku, berikan kepadaku kebijaksanaan, dan ikutkan
aku kepada orang-orang salih”. Mereka diberi keistimewaan yang luar
biasa, hati mereka dibersihkan dari rasa ragu, rasa dengki dan rasa
buruk sangka terhadap Khalik maupun makhluk, mereka terlindung dari
sebarang perbuatan buruk.
Syeikh Muhyiddin berkata: “Aku pernah
menemui salah seorang dari jenis wali tersebut, aku kagum dengan
kemuliaan budi pekertinya, luas pengetahuannya dan kesucian hatinya,
sampai aku beranggapan bahwa kese-nangan syurga telah dipercepatkan
baginya”.
Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati
Malaikat Jibril. Jumlah wali jenis ini hanya ada lima orang sahaja dalam
setiap zamannya. Rasulullah saw pernah menyebut tentang mereka dalam
salah satu sabdanya. Mereka diberi kekuatan seperti yang diberikan
kepada malaikat Jibril yang amat kuat. Di hari kiamat kelak, mereka akan
dikumpulkan dengan malaikat Jibril. Dan malaikat Jibril senantiasa
membantu rohani mereka, sehingga mereka selalu terpimpin.
Diantaranya
pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Mikail as. Jumlah mereka
hanya ada tiga orang sahaja dalam setiap masanya. Keistimewaan
mereka suka berlemah-lembut terhadap semua orang, dan mereka diberi kekuatan seperti Malaikat Mikail.
Di
antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Israfil. Jumlah
mereka hanya ada satu orang sahaja dalam setiap zamannnya. Nabi saw
pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Menurut
pengamatan kami, Syeikh Abu Yazid Al Bustami termasuk salah seorang dari
jenis wali ini. Termasuk juga Nabi Isa as. Syeikh Al Muhyiddin berkata:
“Diantara tokoh-tokoh sufi ada yang diberi hati seperti hati Nabi Isa,
kedudukan mereka sangat tinggi di sisi Allah swt”.
Di antaranya
pula ada yang diberi hati seperti hati Nabi Daud as. Jumlah mereka di
setiap masanya hanya terbatas beberapa orang saja. Mereka diberi
berbagai keistimewaan, kedudukan tinggi di dunia dan ketebalan iman.
10. Di antaranya pula ada yang diberi pangkat Rijalul Ghaib atau manusia-manusia misteri.
Jumlah wali jenis ini hanya sepuluh orang di setiap masanya. Mereka
orang-orang yang selalu khusyu?, mereka tidak berbicara kecuali dengan
perlahan atau berbisik, kerana mereka merasa bahwa Allah swt selalu
mengawasi mereka. Mereka sangat misteri, sehingga keberadaan mereka
tidak banyak dikenal kecuali oleh ahlinya. Mereka selalu rendah hati,
malu dan mereka tidak banyak mementingkan kesenangan dunia. Boleh dikata
segala tindak tanduk mereka selalu misteri.
Di antaranya pula
ada yang selalu menegakkan agama Allah. Jumlah mereka hanya lapan belas
orang di setiap masanya. Ciri khas mereka adalah selalu menegakkan
hukum-hukum Allah. Dan mereka bersikap keras terhadap segala
penyimpangan.
Syeikh Abu Madyan termasuk salah seorang di antara
mereka. Beliau berkata kepada murid-muridnya: “Tampilkan kepada manusia
tanda redha kamu sebagaimana kamu menampilkan rasa ketidaksenangan kamu,
dan perlihatkan kepada manusia segala nikmat yang diberikan Allah, baik
yang zahiriyah maupun batiniyah seperti yang dianjurkan Allah dalam
firmanNya berikut:
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaknya engkau menyebut-nyebutnya sebagai tanda bersyukur”
11. Di antaranya pula ada wali yang dikenal dengan nama Rijalul Quwwatul Ilahiyah ertinya orang-orang yang diberi kekuatan oleh Tuhan.
Jumlah
mereka hanya lapan orang sahaja di setiap zamannya. Wali jenis ini
mempunyai keistimewaan, iaitu sangat tegas terhadap orang-orang kafir
dan terhadap orang-orang yang suka memperkecilkan agama. Sedikit pun
mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di kota Fez ada seorang yang
bernama Abu Abdullah Ad Daqqaq. Beliau dikenal sebagai seorang wali dari
jenis Rijalul Quwwatul Ilahiyah.
Di antaranya pula ada jenis
wali yang sifatnya keras dan tegas. Jumlah mereka hanya ada 5 orang
disetiap zamannya. Meskipun watak mereka tegas, tetapi sikap mereka
lemah lembut terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.
12. Di antaranya pula ada jenis wali yang dikenal dengan nama Rijalul Hanani Wal Athfil Illahi ertinya mereka yang diberi rasa kasih sayang Allah.
Jumlah mereka hanya ada lima belas orang di setiap
zamannya. Mereka selalu bersikap kasih sayang terhadap manusia baik
terhadap yang kafir maupun yang mukmin. Mereka melihat manusia dengan
pandangan kasih sayang, kerana hati mereka dipenuhi rasa insaniyah yang
penuh rahmat.
13. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Haibah Wal Jalali.
Jumlah mereka hanya empat orang di setiap masanya. Jenis wali tingkatan
ini dikenal sebagai orang-orang yang hebat dan mengkagumkan, meskipun
sifat mereka lemah lembut, tetapi orang-orang yang menemui mereka akan
tunduk. Mereka tidak dikenal di bumi, tapi mereka adalah orang-orang
yang dikenal di langit. Di antara mereka ada yang mempunyai hati seperti
Nabi Muhammad saw, ada pula yang mempunyai hati seperti Nabi Syuaib,
Nabi Salleh dan Nabi Hud. Sayyid Muhyiddin berkata: “Aku pernah menemui
wali golongan ini di kota Damsyik”.
14. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Fathi.
Artinya rahsia-rahsia Allah swt selalu terbuka bagi mereka. Jumlah
mereka hanya ada 24 orang di setiap masanya. Jumlah mereka sama dengan
bilangan jam, yaitu 24 orang. Meskipun demikian, mereka tidak pernah
berkumpul di satu tempat dalam jumlah sebanyak itu. Adanya mereka
menyebabkan terbukanya pintu-pintu pengetahuan, baik yang nyata maupun
yang rahsia.
15. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam kelompok Rijalul Ma'arij Al 'Ula.
Jumlah mereka hanya tujuh orang di setiap masanya. Mereka
termasuk wali-wali tingkatan tinggi, hampir setiap saatnya mereka naik
ke alam malakut, mereka adalah orang-orang pilihan.
16. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalu Tahtil Asfal,
iaitu mereka yang berada di alam terbawah di bumi. Jumlah mereka tidak
lebih dari 21 orang di setiap masanya. Ciri khas wali ini, hati mereka
selalu hadir di hadapan Allah.
17. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kauni, iaitu mereka yang selalu mendapat kurniaan Ilahi.
Jumlah mereka tidak lebih dari tiga orang di setiap masanya. Mereka
selalu mendapat pertolongan Allah untuk menolong manusia sesamanya.
Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati penyayang. Mereka
senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada manusia. Pokoknya,
adanya mereka menunjukkan berpanjangannya kasih sayang Allah kepada
makhlukNya.
18. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Ilahiyun Rahmaniyun, iaitu manusia-manusia yang diberi rasa kasih sayang yang luar biasa.
Jumlah mereka ini hanya tiga orang di setiap masanya. Sifat mereka
seperti wali-wali Abdal, meskipun mereka tidak termasuk didalamnya.
Kegemaran mereka suka mengkaji firman-firman Allah.
19. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Istithaalah, iaitu manusia-manusia yang selalu mendapat pertolongan Allah.
Jumlah mereka hanya seorang dalam setiap masanya. Yang termasuk kelompok
ini adalah Syeikh Abdul Qadir Jailani. Mereka selalu menolong manusia
dan mereka sangat ditakuti.
20. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Ghina Billah, iaitu orang-orang yang tidak memerlukan kepada manusia sedikit pun.
Jumlah mereka hanya dua orang di setiap masanya. Mereka selalu mendapat
siraman rohani dari alam malakut, sehingga kelompok ini tidak
memerlukan kepada bantuan sesiapa pun, selain bantuan Allah.
21. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalu 'Ainut Tahkim Waz Zawaid.
Jumlah mereka hanya sepuluh orang di setiap
zamannya. Mereka senantiasa meningkatkan keyakinannya terhadap
masalah-masalah yang ghaib. Seluruh hidup mereka terlihat aktif di semua
aktivitas ibadah.
22. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Isytiqaq,
iaitu mereka yang selalu rindu kepada Allah. Jumlah mereka hanya lima
orang di setiap zamannya. Kegemaran mereka hanya memperbanyakkan solat
di siang hari dan di malam hari.
23. Di antaranya, ada yang termasuk dalam golongan Al Mulamatiyah.
Mereka tergolong dari wali darjat yang tinggi, pimpinan tertingginya
adalah Nabi Muhammad saw. Mereka sangat berhati-hati dalam melaksanakan
syariat Islam. Segala sesuatu mereka tempatkan di tempatnya yang tepat.
Tindak tanduk mereka selalu didasari rasa takut dan hormat kepada Allah.
Sudah tentu keberadaan mereka sangat diperlukan, meskipun mereka tidak
terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat, tetapi ada kalanya pula
jumlah mereka berkurangan.
24. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Fuqara'.
Jumlah mereka ada kalanya meningkat dan ada kalanya berkurangan. Ciri
khas mereka ini selalu merendahkan diri. Mereka merasa rendah di hadapan
Allah.
25. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam kelompok As Sufiyyah.
Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya membesar dan ada kalanya pula
berkurangan. Mereka dikenal sebagai wali yang amat luhur budi
pekertinya. Mereka selalu menghias diri mereka dengan
kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan ketinggian budi pekerti mereka.
26. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al 'Ibaad.
Mereka dikenali sebagai orang-orang yang suka beribadah. Pokoknya,
ibadah merupakan kegiatan mereka sehari-hari, mereka suka mengasingkan
diri di gunung-gunung, di lembah-lembah dan di pantai-pantai. Di antara
mereka ada yang mahu bekerja, tetapi kebanyakan dari mereka meninggalkan
semua kegiatan duniawi. Puasa sepanjang masa dan beribadah di malam
hari merupakan syiar mereka. Sebab, menurut mereka dunia ini adalah
tempat untuk menyuburkan amal-amal di akhirat.
Abu Muslim Al
Khaulani adalah di antara wali tingkatan ini. Biasanya jika ia merasa
letih ketika beribadah di malam hari, maka ia memukul kedua kakinya
seraya berkata: “Kamu berdua lebih pantas dipukul dari binatang
ternakanku”.
27. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Az Zuhaad.
Mereka termasuk orang-orang yang suka meninggalkan kesenangan duniawi.
Mereka mempunyai harta, tetapi mereka tidak pernah menikmatinya
sedikitpun, sebab, seluruh hartanya mereka nafkahkan pada jalan Allah.
Sayyid Muhyiddin berkata: “Di antara bapa saudaraku ada yang tergolong
dari wali tingkatan ini”. Disebutkan bahawa Syeikh Abdullah At Tunisi,
seorang ahli ibadah di masanya, ia dikenal sebagai salah seorang wali Az
Zuhad. Pada suatu hari, penguasa kota Tilmasan menghampiri tempat
Syeikh Abdullah seraya berkata kepadanya: “Wahai Syeikh Abdullah, apakah
aku boleh solat dengan pakaian kebesaranku ini?” Mendengar pertanyaan
itu, Syeikh Abdullah tertawa. Tanya si penguasa: “Mengapa engkau
tertawa, wahai Syeikh? Jawab Syeikh Abdullah: “Aku tertawa kerana
lucunya pertanyaanmu tadi, sebab meng-apa engkau bertanya kepadaku
seperti itu, padahal pakaianmu dan makananmu dari harta yang haram?”
Mendengar jawaban Syeikh Abdullah seperti itu, maka si penguasa menangis
dan menyatakan taubatnya kepada Syeikh, selanjutnya ia meninggalkan
kekuasaannya demi untuk mengabdikan diri kepada Syeikh Abdullah,
sehingga beliau berkata: “Mintalah doa kepada Yahya Bin Yafan,
sesungguhnya ia adalah seorang penguasa dan seorang ahli zuhud,
andaikata aku diuji sepertinya, mungkin aku tidak dapat
melaksanakannya”.
28. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Rijalul Maa'i.
Mereka adalah para wali yang senantiasa beribadah di pinggir-pinggir
laut dan sungai. Mereka tidak banyak dikenal, kerana mereka suka
mengasingkan diri. Disebutkan, bahwa Syeikh Abu Saud Asy Syibli pernah
berada di pinggir sungai Dajlah di Baghdad. Ketika hatinya bergerak:
“Apakah ada di antara hamba-hamba Allah yang beribadah di dalam air?”
Tiba-tiba ada seorang yang muncul dari dalam air seraya berkata: “Ada,
wahai Abu Saud. Di antara hamba-hamba Allah ada juga yang beribadah di
dalam air dan aku termasuk di antara mereka. Aku berasal dari negeri
Takrit, aku sengaja keluar, kerana beberapa hari mendatang akan terjadi
musibah di negeri Baghdad”. Kemudian ia menghilang ke dalam air. Kata
Abu Saud: “Ternyata tidak lebih dari lima belas hari musibah memang
terjadi.”
29. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Afrad.
Mereka termasuk wali-wali berkedudukan tinggi. Di antara mereka adalah
Syeikh Muhammad Al ?Awani, sahabat karib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani.
Mereka ini jarang dikenal manusia awam, kerana kedudukan mereka terlalu
tinggi. Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah mereka
meningkat dan ada kalanya pula berkurangan.
30. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Umana'
artinya orang-orang yang dapat diberikan kepercayaan. Di antara mereka
adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, sepertimana yang disebutkan oleh Nabi
saw: “Abu Ubaidah adalah orang yang paling dapat diberi kepercayaan di
antara umat ini”. Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka jarang dikenal
manusia, kerana mereka tidak pernah menonjol ditengah masyarakatnya.
31. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Qurra'.
Mereka ahli membaca Al Quran. Menurut sebuah hadis, wali-wali ini
termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah, kerana mereka ahli Al
Quran. Dan mereka harus dimuliakan. Syeikh Sahal Bin Abdullah At Tusturi
termasuk diantara mereka.
32. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Ahbab,
iaitu orang-orang yang dikasihi. Jumlah mereka tidak terbatas,
adakalanya meningkat, adakalanya pula berkurangan. Mereka mencapai
tingkatan ini disebabkan mereka melaksanakan segala ibadah dan takarrub
kerana cinta kepada Allah. Ibadah yang didasari cinta, lebih baik dari
ibadah yang berharap pahala dan syurga. Maka sebagai imbalan baik bagi
mereka, mereka mendapat kasih sayang Allah yang luar biasa.
33. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Muhaddathun,
iaitu orang-orang yang selalu diberi ilham oleh Allah. Menurut hadits
Nabi, ada sebahagian dari umatku yang diberi ilham dari Allah. Maka Umar
Bin Al Khattab termasuk salah satu dari mereka. Sayyid Muhyiddin Ibnu
Arabi ra berkata: “Dizaman kami ada pula wali-wali Al Muhaddathun, di
antaranya adalah Abul Abbas Al Khasyab dan Abu Zakariya Al Baha-i”.
Para
wali yang tergolong dalam golongan ini senantiasa mendapat
bisikan-bisikan rohani dari penduduk alam malakut, misalnya dari Jibril,
Mikail, Israfil dan Izrail, sebab rohani mereka sudah dapat menembus
alam arwah atau alam malakut.
34. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Akhilla'.
Mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebab segala ibadah yang
mereka lakukan selalu didasari cinta kepada Allah. Jumlah mereka tidak
terbatas, adakalanya meningkat dan adakalanya berkurangan.
35. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan As Samra'.
Erti kata As Samra' adalah berkulit hitam manis. Jumlah mereka tidak
terbatas. Mereka termasuk orang-orang yang senantiasa berdialog dengan
Allah, sebab hati mereka selalu dipenuhi rasa ketuhanan yang tiada
taranya.
36. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Wirathah,
iaitu mereka yang mendapat warisan dari Allah. Mereka adalah para
ulama, pewaris para Nabi. Kelompok ini termasuk orang-orang yang gemar
beribadah sampai melebihi dari batas kemampuannya. Mereka suka
mengasingkan diri di tempat-tempat terpencil demi untuk memenuhi
kecintaannya kepada Allah
Sumber Oleh:
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini