Karomah Sayyidina Syeikh Abu Bakar bin Salim r.a.
(Bagian 1)
Pada suatu kesempatan syeikh Faris Ba Qais bersama para muridnya pergi ke Tarim, ikut dalam rombongan syeikh Faris 300 pemegang rebana yang mengiringi perjalanan itu dengan tabuhan rebananya.
Setibanya di Tarim beliau bersama pengikutnya mengunjungi Habib Syeikh Alaydrus dan makan siang disana, dengan hidangan ala kadarnya. Setelah dilahab begitu banyak orang, hidangan yang sedikit ini ternyata masih tersisa kurang lebihnya 25%-nya.
Habib Syeikh Alaydrus bertanya kepada tamunya, "Sesungguhnya bagaimana adat kebiasaan penduduk Du'an dalam menjamu tamu?" "adat kami adalah siapa yang menjamu makan siang, ia juga menjamu makan malam," jawab Syekh Faris. Setelah memohon keberkahan dari Allah. pada jamuan makan malam, Habib Syeikh Alaydrus dapat menjamu tamunya yang sangat banyak itu dengan sisa-sisa makanan siang yang tinggal sedikit saja.
Keesokan harinya Syeikh Faris berniat untuk menziarahi makam Nabiyullah Hud 'alaihissalam, beliau berkata kepada sejumlah Habaib, "Ya Habaib, kami membutuhkan seseorang pengantar dari mu, terusterang kami takut jika dalam perjalanan nanti ilmu kami dicuri orang." Para Habaib menyanggupi, "jangan khawatir, kami cukup mempunyai banyak orang berilmu di sini, lagi pula mencuri ilmu bukanlah kebiasaan kami."
Syeikh Faris berkata, "Sesungguhnya yang kami takutkan adalah Syeikh Qudami, Ba Syuaib dan Ba Qu Syair. Dan nanti aku sendiri yang akan memilih pengantar itu," jawab para habaib, "pilihlah siapa saja yang kamu suka." Mulailah Syeikh Faris mencari orang yang dianggap mampu mengawal dia dan pengikutnya, sampai akhirnya ia melewati Syeikh Abu Bakar bin Salim yang saat itu masih berusia 4 tahun, sedang bermain di jalan dengan teman sebayanya. "Aku pilih anak ini." kata Syeikh Faris sambil menunjuk si kecil Abu Bakar bin Salim.
Pada suatu kesempatan syeikh Faris Ba Qais bersama para muridnya pergi ke Tarim, ikut dalam rombongan syeikh Faris 300 pemegang rebana yang mengiringi perjalanan itu dengan tabuhan rebananya.
Setibanya di Tarim beliau bersama pengikutnya mengunjungi Habib Syeikh Alaydrus dan makan siang disana, dengan hidangan ala kadarnya. Setelah dilahab begitu banyak orang, hidangan yang sedikit ini ternyata masih tersisa kurang lebihnya 25%-nya.
Habib Syeikh Alaydrus bertanya kepada tamunya, "Sesungguhnya bagaimana adat kebiasaan penduduk Du'an dalam menjamu tamu?" "adat kami adalah siapa yang menjamu makan siang, ia juga menjamu makan malam," jawab Syekh Faris. Setelah memohon keberkahan dari Allah. pada jamuan makan malam, Habib Syeikh Alaydrus dapat menjamu tamunya yang sangat banyak itu dengan sisa-sisa makanan siang yang tinggal sedikit saja.
Keesokan harinya Syeikh Faris berniat untuk menziarahi makam Nabiyullah Hud 'alaihissalam, beliau berkata kepada sejumlah Habaib, "Ya Habaib, kami membutuhkan seseorang pengantar dari mu, terusterang kami takut jika dalam perjalanan nanti ilmu kami dicuri orang." Para Habaib menyanggupi, "jangan khawatir, kami cukup mempunyai banyak orang berilmu di sini, lagi pula mencuri ilmu bukanlah kebiasaan kami."
Syeikh Faris berkata, "Sesungguhnya yang kami takutkan adalah Syeikh Qudami, Ba Syuaib dan Ba Qu Syair. Dan nanti aku sendiri yang akan memilih pengantar itu," jawab para habaib, "pilihlah siapa saja yang kamu suka." Mulailah Syeikh Faris mencari orang yang dianggap mampu mengawal dia dan pengikutnya, sampai akhirnya ia melewati Syeikh Abu Bakar bin Salim yang saat itu masih berusia 4 tahun, sedang bermain di jalan dengan teman sebayanya. "Aku pilih anak ini." kata Syeikh Faris sambil menunjuk si kecil Abu Bakar bin Salim.
Para Habaib segera menjawab, "Anak kecil ini mana pantas mengawalmu?" Syeikh faris berkata, "Aku adalah tamu kalian dan aku hanya menginginkan anak ini." Para Habaib kemudian mendatangi ibu Syeikh Abu Bakar bin Salim untuk mengabarkan persoalan yang mereka hadapi, ibu beliau berkata, "Anak ini masih kecil, cari saja yang lain." Mereka menjawab, "Syeikh Faris yang menginginkan anakmu." Akhirnya sang ibu memberikan ijin.
Syeikh Abu Bakar bin Salim kemudian digendong oleh pelayannya, Ba Qohawil, untuk mengawal Syeikh Faris dan rombongannya. Syeikh Umar Ba Makhramah, seorang wali Allah, yang ikut dalam rombongan Syeikh Faris memegang kepala Ba Qowahil dan melantunkan syair yang diawali dengan bait:
Semoga Allah membahagiakan temanmu, Hai Ba Qohawil.
Pohon kurma apa ini, masih kecil sudah berbuah.
Mereka menanamnya di waktu dhuha dan memanennya di waktu senja
Kemudian Syeikh Umar mengusap kepala Syeikh Abu Bakar bin Salim sambil meneruskan syairnya:
Wahai emas sejati
Dengan pandangan-Nya Allah memeliharamu
Semua lembah yang luas menjadi kecl dibanding lembahmu
>>>> ikuti kelanjutannya. Insya Allah
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini