Ketahuilah,
bahwa agama Islam terdiri atas dua bagian: meninggalkan apa yang dilarang dan
melakukan amal ketaatan. Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena
melakukan amal ketaatan dapat dilakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan
syahwat hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong shiddiqun.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW.
bersabda, "Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan,
sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya."
Ketahuilah bahwa ketika engkau bermaksiat sesungguhnya engkau melakukan maksiat
tersebut dengan anggota badanmu padahal ia merupakan nikmat dan amanat Allah
yang diberikan kepadamu. Mempergunakan nikmat Allah dalam rangkat bermaksiat
kepada-Nya adalah puncak kekufuran. Dan berkhianat terhadap amanat yang dititipkan
Allah kepadamu betul-betul merupakan perbuatan yang melampaui batas. Anggota
badanmu adalah rakyat atau gembalaanmu, maka perhatikan dengan baik bagaimana
kamu menggembalakan mereka. Masing-masing kalian adalah pemimpin dan setiap
pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Sadarlah bahwa semua anggota
badanmu akan menjadi saksi atasmu pada hari kiamat dengan lidah yang fasih. Ia
akan menyingkap rahasiamu di hadapan semua makhluk. Allah Swt. berfirman,
"Pada hari dimana lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas perbuatan yang kalian lakukan" (Q.S. an-Nur: 24) Allah Swt
berfirman, "Pada hari ini, Kami tutup mulut
mereka sedangkan tangan mereka berbicara pada Kami dan kaki mereka menjadi saksi atas apa
yang mereka kerjakan" (Q.S. Yasin: 65).
Oleh karena itu,
peliharalah semua anggota badanmu dari maksiat, khususnya tujuh anggota badanmu
karena neraka Jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing mereka mempunyai bagian tersendiri.
Yang masuk ke dalam pintu-pintu neraka Jahannam itu adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah Swt.
dengan tujuh anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut,
kemaluan, tangan, dan kaki.
Mata diciptakan
agar bisa memberi petunjuk padamu
di waktu gelap, agar bisa kau pergunakan pada saat diperlukan, agar dengannya
engkau melihat semua
keajaiban langit dan bumi, dan agar engkau bisa mengambil pelajaran dari
tanda-tanda kekuasaan-Nya. Maka
dari itu, peliharalah matamu itu dari empat hal: melihat yang bukan mahram-nya, melihat gambar
bagus dengar syahwat, melihat seorang muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang
muslim.
Adapun lidah,
maka ia diciptakan agar dengannya engkau bisa banyak berzikir kepada Allah Swt,
membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk Allah lainnya, serta
mengungkapkan kebutuhan agama
dan duniamu yang tersimpan dalam hati. Apabila engkau mempergunakannya bukan
pada tujuan yang telah digariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat
Allah Swt. Lidah merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah manusia
diceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang dilakukan
oleh lidah. Maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia
tidak menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka. Sebuah riwayat menyebutkan,
"Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin
membuat teman-temanuya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka
selama tujuh puluh musim." Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada
seorang syahid yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw.
Lalu seseorang berkata,
"Selamat baginya yang telah memperoleh surga!" Tapi Rasul Saw.
kemudian bersabda, "Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan
sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah mencukupinya." Maka,
peliharalah lidahmu dari delapan
perkara:
Pertama:
berdusta. Jagalah lidahmu agar jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Jangan
kau biasakan dirimu berdusta dalam canda
karena hal itu akan mendorongmu untuk berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa besar. Kemudian,
jika engkau dikenal mempunyai sifat
seperti itu (pendusta) maka orang tak akan percaya pada perkataanmu dan untuk
selanjutnya engkau akan hina dan dipandang sebelah mata. Apabila engkau ingin
mengetahui busuknya perkataan dusta yang ada pada dirimu, maka lihatlah
perkataan dusta yang dilakukan orang lain serta bagaimana engkau membenci,
meremehkan, dan tidak menyukainya. Lakukanlah hal semacam itu pada semua aib
dirimu. Sesungguhnya engkau tidak mengetahui aibmu lewat dirimu sendiri tapi
lewat orang lain. Apa yang kau benci dari orang lain, pasti juga orang lain
membencinya darimu. Oleh karenanya, jangan kau biarkan hal itu ada pada
dirimu.
Kedua: menyalahi
janji. Engkau tak boleh menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya.
Hendaknya engkau berbuat baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan
dalam bentuk perkataan. Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai kau
ingkari janji tersebut, kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada
halangan darurat. Sebab, menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya akhlak. Nabi
Saw. bersabda, "Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang jatuh ke
dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan salat. Yaitu, jika
berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia
berkhianat."
Ketiga: gibah
(menggunjing). Peliharalah lidahmu dari menggunjing orang. Dalam Islam, orang
yang melakukan perbuatan tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang
pezina. Begitulah yang terdapat dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan
seseorang dengan sesuatu yang ia benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu
engkau lakukan, maka engkau adalah orang yang telah melakukan gibah dan aniaya,
walaupun engkau berkata benar. Hindarilah untuk menggunjing secara halus. Yaitu,
misalnya engkau nyatakan maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata, "Semoga Allah memperbaiki orang itu. Sungguh tindakannya
sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar Dia memperbaiki kita dan
dia." Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu gibah (karena dari
pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa diri sendiri bersih
tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud mendoakannya, maka
berdoalah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan perbuatannya. Dengan
demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia dan aibnya. Kalau
engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau sedang membuka aibnya.
Cukuplah firman Allah Swt. ini menghalangimu dari gibah, "Jangan sebagian
kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di antara kalian
senang memakan daging
saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian tidak menyukainya" (Q.S.
al-Hujurat: 12).
Allah
mengibaratkanmu dengan pemakan bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah
baiknya jika engkau menghindari perbuatan tersebut. Jika engkau mau merenung,
engkau tak akan menggunjing sesama muslim. Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu mempunyai aib, baik yang
tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah
meninggalkan maksiat, baik secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau
menyadari hal itu, ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk
menghindari apa yang kau nisbatkan
padanya sama seperti ketidakberdayaanmu. Sebagaimana engkau tidak suka jika
kejelekanmu disebutkan, ia
juga demikian. Apabila engkau mau menutupi aibnya, niscaya Allah akan menutupi
aibmu. Tapi apabila engkau membuka aibnya, Allah akan jadikan lidah-lidah yang tajam mencabik-cabik
kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka aibmu di akhirat di hadapan para
makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau melihat lahir dan batinmu lalu
engkau tidak menemukan aib dan kekurangan,
baik dari aspek agama maupun dunia, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu
merupakan kedunguan yang sangat buruk. Tak ada aib yang lebih hebat daripada
kedunguan tersebut. Sebab, jika Allah menginginkan kebaikan bagimu, niscaya
Dia akan memperlihatkan aib-aibmu.
Tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan pandangan rida, hal itu merupakan
puncak kebodohan. Selanjutnya, jika sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada
Allah Swt. Jangan malah engkau rusak dengan mencela dan menghancurkan
kehormatan mereka. Sebab, hal itu merupakan aib yang paling besar.
Keempat:
mendebat orang. Karena, dengan mendebat, kita telah menyakiti, menganggap
bodoh, dan mencela orang yang kita debat. Selain itu, kita menjadi berbangga
diri serta merasa lebih pandai dan berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan.
Manakala engkau mendebat orang bodoh, ia akan menyakitimu. Sedangkan manakala
engkau mendebat orang pandai, ia akan membenci dan dengki padamu. Nabi Saw.
bersabda, "Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan
salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa
yang meninggalkan perdebatan padahal dia dalam posisi yang benar Allah akan
membangun untuknya sebuah rumah di surga yang paling tinggi."
Jangan sampai
engkau tertipu oleh setan yang berkata padamu, "Tampakkan yang benar,
jangan bersikap lemah!" Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu
kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan
tertawaan setan sehingga dia mengejekmu. Menampakkan kebenaran kepada mereka
yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan
dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah
nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika
tidak, ia hanya akan mencemarkan aib orang. Sehingga kebukannya lebih banyak
daripada kebaikan yang ditimhulkannya. Orang yang sering bergaul dengan para
fakih zaman ini memiliki karakter suka berdebat sehingga ia sulit diam. Sebab, para ulama su'
tersebut mengatakan padanya
bahwa berdebat merupakan sesuatu yang mulia dan mampu berdiskusi merupakan satu kebanggaan. Oleh karena
itu, hindarilah mereka sebagaimana engkau menghindar dari singa. Ketahuilah,
perdebatan merupakan sebab datangnya murka Allah dan murka makhluk-Nya.
Kelima:
mengklaim diri bersih dari dosa. Allah Swt. berfirman, "Jangan kalian
merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa" (Q.S.
an-Najm: 32). Sebagian ahli hikmat ditanya, "Apa itu jujur yang
buruk?" Mereka menjawab, "Seseorang yang memuji dirinya
sendiri." Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu
akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka
Allah Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat
manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka
membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu
membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di
belakang mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika
engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu
akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.
Keenam: mencela.
Jangan sampai engkau mencela ciptaan Allah Swt, baik itu hewan, makanan,
ataupun manusia. Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang
menghadap kiblat sebagai kafir, atau munafik. Karena, yang mengetahui semua
rahasia hanyalah Allah Swt. Oleh karena itu, jangan mencampuri urusan antara
hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan ditanya,
"Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?"
Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau
melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal itu serta tak akan
dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu
makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu
pun dari makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama sekali tidak pernah mencela
makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya.
Jika tidak, beliau tinggalkan.
Ketujuh:
mendoakan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak mendoakan
keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika ia telah berbuat aniaya padamu,
maka serahkan urusannya pada Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan,
"Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya
sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu
kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat." Sebagian orang
terus mendoakan keburukan bagi Hajjaj sehingga sebagian salaf berkata,
"Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj untuknya,
sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia aniaya."
Kedelapan:
bercanda, mengejek, dan menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam kondisi
serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa,
membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka
dan marah serta dapat menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh
karena itu, jangan engkau bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda
denganmu,jangan kau balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain.
Semua itu
merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam keadaan
darurat. diceritakan bahwa
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan
sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara keuali saat perlu saja. Beliau
menunjuk lidahnya lalu berkata, "Inilah yang menjadi segala sumber bagiku.
kekanglah ia sekuat tenagamu,
karena ia merupakan faktor
utama yang membuatmu celaka di dunia dan akhirat."
Adapun perut,
maka jangan kau isi ia dengan barang
haram atau syubhat. Berusahalah untuk mencari yang halal. Jika engkau telah
mendapatkan yang halal, berusahalah mengkonsumsinya tidak sampai kenyang. Sebab, perut yang kenyang bisa
membekukan hati, merusak akal, menghilangkan hafalan, memberatkan anggota
badan untuk beribadah dan menuntut ilmu, memperkuat syahwat, serta membantu
tentara setan. Jika kenyang dari makanan halal merupakan awal segala keburukan,
bagaimana jika dari yang haram? Mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban
bagi setiap muslim. Beribadah dan menuntut ilmu yang disertai mengkonsumsi
makanan haram seperti membangun di atas kotoran hewan. Apabila engkau merasa
cukup selama setahun memakai baju yang kasar, lalu selama sehari semalam
memakan dua potong roti garing, lalu engkau tidak menikmati apa yang lezat bagi
manusia, maka engkau tak butuh pada yang lain. Barang yang halal sangat banyak.
Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu dengan menyelidiki hal-hal yang
tersembunyi. Tapi engkau harus menjaga diri dari yang sudah jelas kau ketahui
bahwa itu adalah haram. Atau setelah dilihat dari ciri-ciri yang terkait
dengan harta tersebut, engkau bisa menduga bahwa itu adalah haram. Apayang
sudah diketahui tampak jelas secara lahir, sementara yang bersifat dugaan
tampak dengan adanya ciriciri. Misalnya harta penguasa dan para pekerjanya,
harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual khamar, riba, judi,
dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar hartanya adalah haram, maka
apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin halal, ia termasuk haram karena
adanya dugaan yang kuat tadi. Yang jelas-jelas haram adalah memakan harta wakaf
tanpa izin atau syarat dari si pemberi wakaf. Siapa yang melakukan maksiat,
kesaksiannya tertolak, dan wakaf atau apa pun yang ia terima atas nama kesufian
adalah haram.
Kami telah
menyebutkan hal-hal yang terkait dengan masalah syubhat, halal, dan haram dalam
satu kajian tersendiri pada kitab Ihya Ulumiddin. Pelajarilah kitab tersebut
karena mengetahui yang halal dan haram wajib hukumnya bagi setiap muslim
sebagaimana salat lima waktu.
Adapun kemaluan,
peliharalah ia dari semua yang diharamkan Allah. Jadilah sebagaimana yang
disebutkan Allah Swt, "Mereka yang menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka miliki, maka mereka tak dapat
dicela" (Q.S. al-Mukminun: 5-6). Engkau baru bisa menjaga kemaluan dengan
menjaga pandangan mata, menjaga hati untuk tidak merenungkannya, serta
menjaga perut dari yang syubhat dan dari rasa kenyang. Karena, semua itu
merupakan penggerak dan tempat tumbuhnya syahwat.
Kedua tangan,
harus engkau pelihara agar ia tidak kau jadikan alat untuk memukul seorang
rnuslim, untuk mendapat harta haram, untuk menyakiti sesama makhluk, untuk berkhianat terhadap amanat dan titipan,
serta untuk menuliskan sesuatu yang tak boleh diucapkan karena pena merupakan
lidah pula. Oleh karena itu,peliharalah pena tersebut sebagaimana engkau
menjaga lidah.
Janganlah engkau
pergunakan kedua kaki untuk menuju pintu seorang penguasa lalim. Sebab,
berjalan menuju para penguasa lalim tanpa ada keperluan merupakan maksiat yang
besar karena berarti ia bersikap tawadu dan memuliakan mereka yang telah
berbuat lalirn. Allah Swt. telah memerintahkan kita untuk berpaling dari
mereka dalam firman-Nya yang berbunyi, "Janganlah kalian condong kepada
mereka yang telah berbuat lalim, niscaya kalian tersentuh api neraka dan kalian
tidak mempunyai penolong selain Allah. Lalu kalian tidak ditolong" (QS.
Hud: 113). Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat harta, berarti
engkau berusaha meraih sesuatu yang haram. Nabi Saw. bersabda, "Siapa yang
bersikap merendah kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah hilang." ini terhadap orang kaya yang saleh,
lalu bagaimana merendah terhadap orang kaya yang lalim?
Ringkasnya,
ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota badanmu, itu semua merupakan
nikmat Allah Swt. Maka dari itu, janganlah engkau menggerakkan anggota badanmu
dalam rangka maksiat kepada Allah. Tetapi pergunakanlah untuk taat kepada-Nya.
Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka bencananya akan kembali padamu,
sementara jika kamu mau menanam, maka buahnya akan menjadi milikmu. Adapun
Allah, Dia tak butuh padamu dan tak butuh pada amal perbuatanmu. Setiap jiwa
tergantung pada amal perbuatannya. Jangan sampai engkau berkata, "Allah
Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia Maha Mengampuni dosa mereka yang
bermaksiat." Ini merupakan ungkapan yang benar tapi ditujukan pada sesuatu
yang batil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu seperti kata Rasul Saw.,
"Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa nafsunya dan beramal
untuk hari sesudah mati. Sedangkan
orang yang dungu adalah yang mengikuti
hawa nafsunya dan
berangan-angan kepada Allah”.
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang
yang ingin menjadi fakih dalam ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk
dengan sesuatu yang batil lalu berkata, "Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Dia Maha berkuasa untuk mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia tanamkan di hati para nabi dan
wali-Nya tanpa usaha dan
belajar." Itu seperti ucapan orang yang menginginkan harta, tapi tak mau
menanam, berdagang, atau
berusaha kemudian berujar, “ Allah Maha Pemurah. Dia memiliki
kekayaan langit dan bumi. Dia Maha Berkuasa untuk memberikan kepadaku sebagian
dari khazanah kekayaan-Nya sehingga
aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia lakukan kepada para hamba-Nya." Jika engkau
mendengar ucapan kedua orang di atas, engkau pasti menganggap kedua orang itu
bodoh dan engkau pasti mengejeknya
walaupun sifat pemurah dan kuasa Allah yang ia sebutkan benar. Demikian
pula, Orang-orang yang alim dalam bidang-bidang agama
akan menertawakanmu jika engkau menuntut
ampunan tanpa ada usaha. Allah Swt. berfirman, "Bagi manusia apa yang ia
usahakan" (Q.S. an-Najm: 39), "Kaliaan dibalas sesuai dengan amal perbuatan kalian" (Q.S. ath-Thar: 16), "Orang-orang
abrar (berbuat baik) berada dalam kenikmatan sedangkan mereka yang selalu
berbuat dosa berada di neraka
Jahim" (Q.S. al-Infithar:
13-14).
Apabila engkau tetap menuntut ilmu dan mencari
harta dengan bersandar pada kemurahan-Nya serta terus membekali diri untuk
akhirat, maka Tuhan Pemelihara dunia dan akhirat adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang baik
di dunia maupun di akhirat.
Ketaatanmu tidak membuat-Nya bertambah pemurah. Hanya saja, kemurahan-Nya adalah Dia memudahkan jalan menuju negeri kenikmatan yang abadi dan kekal dengan senantisa sabar dalam meninggalkan
syahwat selama beberapa saat. Ini merupakan puncak kemurahan. Jangan engkau rusak dirimu dengan ajaran
jahat para pengangguran. Ikutilah para nabi dan orang-orang saleh. Jangan
engkau terlalu berharap bisa memanen sesuatu yang tak kau tanam. Sedangkan
orang yang berpuasa, salat, berjihad, serta bertakwa, semoga ia diampuni.
Ini adalah
beberapa hal yang patut dipelihara oleh anggota badanmu. Engkau juga harus
membersihkan hatimu karena ia merupakan bentuk ketakwaan secara batin. Hati
adalah segumpal daging yang jika baik maka seluruh badan menjadi baik. Tapi
jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh badan menjadi rusak. Berusahalah
untuk memperbaiki hatimu itu agar seluruh anggota badanmu juga baik. Hati
menjadi baik dengan selalu merasakan kehadiran Allah.
Sumber: PUSTAKA PEJATEN
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini