Apa kaitan NU
dan Islam di Indonesia? Buka saja perkembangan sejarah Islam di Indonesia,
tentu pertanyaan ini segera terjawab . Dan malah tidak hanya satu jawaban.
Melainkan banyak. Bahkan, menurut cerita, saking lekatnya NU dengan Islam
Indonesia ini, banyak orang sepuh (Orang yang telah lanjut usia) salah sebut
ketika ditanya, ” Mbah agamanya Simbah apa ?”. Simbah menjawab, ” NO (Nahdlatul
Oelama)”. NO adalah sebutan untuk NU jaman dahulu.
Lalu sejak
kapan sebenarnya NU ada? Dalam buku Antologi NU disebutkan, Nahdlatul Ulama
(Kebangkitan Ulama) telah ada atau lahir pada tanggal 31 Januari 1926 M atau 16
Rajab 1344 H di Surabaya. Latar belakang pendirian NU berkait erat dengan
perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun
1924, Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukkan oleh
Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi.
Dari
penaklukan ini, tersebarlah berita penguasa baru itu akan melarang semua bentuk
amaliah keagamaan kaum Sunni, dan diganti total dengan paham Wahabi. Pengamalan
agama dengan system bermadzhab, tawashul, ziarah kubur, Maulid Nabi dan lain
sebaginya, dikabarkan akan segera dilarang. Tidak hanya itu, Raja Ibnu Saud
juga berencana melebarkan pengaruh kekuasannya ke seluruh dunia Islam.
Membahas
rencana ini, Raja Saud bermaksud mengadakan muktamar dan mengundang seluruh
Negara Islam dunia untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia.
Mulanya, utusan dari Indonesia yang direkomendasikan adalah HOS Cokroaminoto (
perwakilan Sarekat Islam), KH. Mas Mansur (perwakilan Muhammadiyah) dan KH.
Abdul Wahab Hasbullah (perwakilan Pesantren). Namun rupanya ada permainan licik
diantara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Dengan alasan
Kyai Wahab tidak mewakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar
calon utusan.
Pencoretan
Kyai Wahab ini sontak menyadarkan para Kyai Pesantren tentang pentingnya sebuah
organisasi. Kemudian lahirlah NU. Dan sejak saat itu NU terus berkembang. Sifat
NU yang moderat membuatnya mudah diterima oleh banyak orang di Indonesia.
Alhasil, organisasi keagamaan ini menjadi yang terbesar di Indonesia.
Layaknya
sebuah pepatah, ” Lain padang lain Ilalang”. Begitu pula NU. Setiap organisasi
memiliki kekhasan masing-masing. Dengan tetap memegang teguh ajaran Ahlussunnah
Wal Jama’ah, organisasi yang lahir dari rahim para Kyai ini, memiliki ragam
istilah khas. Dalam kesempatan ini, El Waha hanya akan menyebutkan 18 “keunikan”
NU. penasaran?. Simak yang dibawah ini :
1. Syuriah dan
Tanfidziyah
Adalah
pimpinan tertinggi dalam jami’iyah Nahdlatul Ulama. Terdiri dari para ulama
piliihan. Syuriah berfungsi sebagai pembina, pengendali, pengawas dan penentu
kebijaksanaan NU. Sedangkan Tanfidziyah adalah pelaksana kebijakan Syuriah.
2. Bathsul
Masail
Bathsul Masail
berarti pengkajian terhadap masalah-masalah agama. Dalam struktur organisasinya
NU memiliki sebuah forum pengkajian hukum untuk membahas berbagai masalah
keagamaan. Forum ini lazim disebut Lembaga Bathsul Masail (LBM). LBM adalah
forum diskusi alim ulama (syuriah) dalam menetapkan hukum suatu masalah yang
keputusannya merupakan fatwa dan berfungsi sebagai warga NU dalam mengamalkan
agama sesuai dengan paham Ahlussunah Wal Jama’ah.
Pada umumnya
rujukan utama yang diambil mengikuti pendapat Imam Syafi’I, karena madzhab ini
paling banyak diikuti kaum muslimin dan lebih sesuai dengan kondisi sosial,
budaya dan geografis Indonesia. Namun, bila pendapat Imam Syafi’I tidak tersedia,
maka pendapat ulama yang lain yang diambil, sejauh masih dalam lingkungan
madzhab empat.
Dalam
menghadapi masalah kekinian yang bersifat baru. Belum pernah terjadi dimasa
lalu. Untuk menjatuhkan hukum, LBM selalu meminta penjelasan terlebih dahulu
kepada para ahlinya. Seperti kasus praktek jual beli emas berantai gaya Gold
Quest. LBM mengundang kepala perwakilan Gold Quest wilayah Asia. Setelah
mendengar penjelasan seluk-beluk bisnis Gold Quest secara terbuka didepan para
ulama. Kasusnya telah jelas. Barulah dikaji lewat kitab kuning.
3. Halaqah
Adalah nama
jenis forum pertemuan. Berasal dari Bahasa Arab yang berarti lingkaran. Semula
nama halaqah dipakai dalam pertemuan-pertemuan yang bentuknya melingkar,
seperti ketika orang mengadakan di Masjid. Namun dalam perkembangannya halaqah
dijadikan nama forum resmi seperti seminar, workshop, semiloka, lokakarya, dan
lain sebagainya.
4. Banser
Singkatan dari
Barisan Ansor Serbaguna. Salah satu kekuatan inti Gerakan Pemuda Ansor yang
identik dengan kelaskaran. Berdiri pada tahun 1964 di Kota Blitar, Jawa Timur.
Penggagas nama Banser ini adalah Muhammad Zainuddin Kayubi, Ketua Korda GP
Ansor Karesidenan Kediri, merangkap Ketua PC GP Ansor Blitar.
5. Fatayat
Adalah nama
salah satu Badan Otonom NU yang membina para pemudi. Fatayat NU artinya para
pemudi NU. Didirikan pada tanggal 7 Rajab 1369 H / 24 April 1950. Namun
perintisannya sudah dimulai sejak tahun 1940, oleh tiga serangkai wanita :
Murtasiyah (Surabaya), Khuzaimah Mansur (Gresik), dan Aminah Mansur (Sidoarjo)
6. Muslimat
Adalah nama
salah satu Badan Otonom NU yang beranggotakan kaum Ibu. Lahir pada saat Kongres
NU ke-16 di Purwokerto (26 Rabiul Akhir 1465 / 29 Maret 1946) dengan nama
Nahdlotoel Oelama Moeslimat, disingkat NOM (masih menggunakan ejaan lama). Saat
itu Muslimat masih menjadi bagian NU, belum menjadi Banom sendiri. Barulah pada
kongres NU ke-19 di Palembang (28 Mei 1952) NOM disahkan menjadi organisasi
yang sendiri dan menjadi Banom Nu. Saat itulah namanya menjadi Muslimat NU.
7. IPNU dan
IPPNU
IPNU (Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama) adalah salah satu Badan Otonom NU yang menangani
pelajar, remaja dan santri. IPNU didirikan pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373
H/ 24 Pebruari 1954, ketika diselenggarakan Kongres LP Ma’arif di Semarang.
8. Lambang NU
Diciptakan
oleh KH. Ridwan Abdullah, salah seorang A’wan (anggota) Syuriah PBNU periode
Pertama, pada tahun 1926. Lambang itu ditemukan melalui mimpi setelah
menjalankan shalat Istikharah (shalat untuk meminta petunjuk langsung dari
Allah Swt.) sehingga diyakini lambang itu bukan sembarangan.
Lambang NU
(setelah mengalami perbaikan-perbaikna) terdiri dari bumi dikelilingi tampar
yang mengikat, untaian-untaian tampar berjumlah 99, lima bintang diatas bumi
(yang tengah berukuran paling besar) dan empat bintang bumi. Terdapat tulisan
Nahdlatul Ulama dalama huruf Arab melintang di tengah bumi dan dibawah bumi ada
tulisan NU dalam tulisan latin.
9. Resolusi
Jihad
Pertempuran 10
Nopember 1945 di Surabaya erat kaitannya dengan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama
yang diputuskan di kota yang sama. Resolusi itu dibuat pada tanggal 22 Oktober
1945 (18 hari menjelang perang besar-besaran meletus).
Sebelum
menyampaikan resolusi bersejarah itu, terlebih dahulu diawali oleh fatwa
Hadratus Syeikh K.H. M. Hasyim Asy’ari yang menyatakan antara lain :
1. Umat Islam
wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak
menjajah Indonesia
2. Melarang
kaum muslimin Indonesia untuk melakukan perjalanan haji dengan kapal Belanda
Resolusi Jihad
tersebut akhirnya mampu membangkitkan semangat arek-arek Surabaya untuk
bertempur habis-habisan melawan penjajah. Dengan semangat takbir Allahu Akbar
yang dikumandangkan Bung Tomo, maka terjadilah perang rakyat yang heroik pada
10 Nopember 1945 di Surabaya, yang kemudian dikenal dengan Hari Pahlawan.
10. Barzanji
Kitab Barzanji
merupakan sebuah karya seni sastra berisi syair-syair ungkapan cinta kepada
Nabi Muhammad Saw. Mulai dari masa-masa sebelum kelahiran Nabi Saw, silsilah
keturunan, kehidupan masa kanak-kanak, masa remaja, menjadi seorang pemuda,
hingga diangkat menjadi Rasul. Juga menggambarkan sifat-sifat mulia Rasul,
kepribadiannya yang agung, perjuangan menyebarkan agama Islam, dan lain
sebagainya.
Kitab Barzanji
ditulis oleh Syeikh Ja’far al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim. Lahir tahun
1690 M, dan meninggal 1766 Masehi di madinah. Nama Barzanji dinisbatkan pada
nama daerah Barzinj yang sekarang masuk ke wilayah Kurdistan.
11. Diba’an
Selain
Barzanji, ada juga budaya Diba’an. Kitab Diba’I dikarang oleh Syeikh Wajihuddin
Abdurrahman bin Ali bin Muhammad al- Syaibani al – Yamani al-Zabidi al-
Syafi’i. Ia dikenal dengan dengan nama ad-Diba’i. Lahir di Yaman pada Muharram
866 M dan wafat hari jum’at tanggal 12 Rajab tahun 944 H.
Karena kitab
yang dibawa itu bernama ad-Diba’o, lalu digampangkan lagi menjadi Diba’I atau
Diba’an.
12. Haul
Disebut juga
khol (mungkin karena salah kaprah dalam pengucapan). Adalah salah satu tradisi
yang berkembang di kalangan Nahdliyyin (orang-orang NU). Berbentuk peringatan
atas meninggalnya seseorang setiap tahun.
Acara haul
seringkali diisi dengan tahlil dan pembacaan doa-doa lain secara bersama-sama,
lalu selamatan dan membagikan shodaqoh. Kadang ditambah pula dengan ceramah
agama dari para Kiai.
13. Hizib
Adalah
rangkaian doa-doa khusus yang disusun oleh para ulama atau tabi’in dan memiliki
keistimewan sendiri. Biasanya berisi shalawat, istighfar, potongan ayat-ayat Al
Qur’an, doa-doa yang disusun oleh pengarangnya, dan lain sebagainya, yang
dilakukan dengan cara tertentu, jumlah tertentu dan dalam kurun waktu tertentu
pula.
Banyak ragam
jenis hizib. Ada Hizb Nasar, Bahr, Ikhfa’, Ghazali, Jailani, Yamani, Autad,
Khafi, Barqi, Nawawi, Hikmah dan masih banyak lagi yang lainnya. Seperti juga
Hizb Sakran, yang dibaca oleh santri-santri Al Hikmah 2.
14. Khilafiyah
Adalah
masalah-masalah fiqhiyah yang diperselisihkan (karena beda cara pandang setiap
ulama) terhadap suatu hukum atau cara melakukannya. Khilafiyah bukanlah hal
baru bagi NU. Karena perbedaan pendapat sejatinya sudah ada sejak dahulu.
Diantar para imam Madzab (Syafi’I, Hambali, Hanafi, Maliki) seringkali berbeda
pendapat. Begitu pula antara Imam Nawawi dan dan Imam Rafi’I, juga tak jarang
berbeda pendapat.
Disinilah akan
terlihat bahwa perbedaan adalah sebuah rahmat. Hadist Nabi menyebutkan Ikhtilafu
ummati rahmatun (perbedaan umatku adalah sebuah rahmat).
15. Madzhab
Madzhab
artinya jalan yang ditempuh untuk mencapi tujuan dalam masalah keagamaan. Warga
Nahdliyin dikenal sebagai kaum yang bermadzhab, yaitu penganut salah satu Imam
empat (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’I dan Imam Hambali)
Madzhab
mengandung dua unsur :
1. Unsur
“Manhaj” artinya pola, metode dan kumpulan kaidah-kaidah berijtihad yang sudah
mapan dan mantap
2. Unsur
“Ijtihad” yang dilakukan oleh para mujtahid, berwujud qaul (pendapat)
16. Manaqib
Arti manaqib
adalah sifat yang baik, etika dan moral. Kitab Manaqib yang umum dibaca antara
lain adalah Manaqib Syeikh Abdul Qadil Al Jilani. Syeikh Abdul Qadir adalah
tokoh sentral ajaran thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah yang banyak pengikutnya
di Indonesia. Ia Lahir di daerah Jilan (Golan) Iran, (471 H – 561 H). Ritual
pembacaan manaqib itu biasa dikenal dengan nama manaqiban.
17. Rukyat
Adalah melihat
hilal (bulan) tanggal pertama, guna menetapkan tanggal 1 bulan Ramadhan atau
tanggal 1 Syawal. Artinya penetapan awal bulan didasarkan pada ada atau tidak
adanya hilal yang bisa dilihat, baik secara langsung maupun dengan alat bantu.
Pelaksanaan rukyat adalah disaat matahari tenggelam di ufuk barat, sedangkan
lokasi pelaksanaan rukyat biasanya di pantai atau ditengah lautan.
18. Shalawat
Badar
Shalawat Badar
yang biasanya dibaca itu ternyata adalah gubahan Kiai Indonesia. Beliau adalah
Kiai Ali Mansur, salah seorang cucu dari K.H Muhammad Siddiq Jember, Shalawat
ini berisi pujian-pujian kepada Rasulullah Saw, dan Ahli Badar (Para shahabat
yang mati syahid dalam perang Badar). Berbentuk Syair dan dinyanyikan dengan
lagu yang khas.
“Sholatullah
Salamullah ‘Ala Thoha Rasulillah”
Demikian,
semoga bermanfaat (El- Waha)
Referensi :
Antologi NU buku pertama
Sumber: http://alhikmahdua.net/18-keunikan-nu/
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan pesan disini