Abuya Dimyati: Secarik Kertas yang
Menyejukkan
Abuya Dimyati Cidahu Banten (1925-2003 M.) saat masih menjadi
santri jika pergi ke pondok tidak pernah membawa bekal apapun kecuali sedikit
beras dan sebotol minyak kelentik (kelapa). Jika ada pengajian Abuya tidak
pernah membawa kitab seperti lazimnya santri yang lain, karena kitab pada waktu
itu masih sangat langka dan juga karena Abuya tidak memiliki cukup uang untuk
membelinya. Akan tetapi apabila Tubagus Abdul Halim
(guru beliau) mengajar santri, Abuya selalu hadir dan mengikuti dengan seksama
dan penuh takzhim.
Untuk memperdalam ilmunya, Abuya hanya mampu meminjam kitab
kepada temannya untuk dimuthola’ah (mengkaji dan mempelajari) sendiri. Dan hal
ini dilakukannya setiap malam di atas jam 00.00 WIB (tengah malam). Tatkala ada
suatu masalah atau kaidah atau mauizhah, maka ditulisnya di atas kertas yang
amat sederhana kemudian dihafalnya.
Untuk mendapatkan secarik kertas Abuya harus mencari di
tempat-tempat sampah. Jika didapatinya dalam keadaan kotor, maka kertas
tersebut dicuci dengan sangat hati-hati, karena takut robek.
Pengurus Besar
Nadlaltul Ulama (PBNU) menerbitkan “Deklarasi Nahdlatul Ulama” dalam
International Summit of Moderate Islamic Leaders (Isomil) di Jakarta Convention
Center (JCC), Senayan, Jakarta, yang dihelat sejak Senin (9/5).
Deklarasi tersebut dibacakan
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Selasa (10/9) sore, di hadapan para ulama
dari berbagai negara. Naskah deklarasi dirumuskan setelah PBNU menggelar
pertemuan terbatas dengan para ulama itu pada siang harinya.
Berikut naskah
lengkah “Deklarasi Nahdlatul Ulama” di ujung forum internasional yang mengusung
tema “Islam Nusantara, Inspirasi untuk Peradaban Dunia” ini:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
Kami (Allah) tidak mengutus engkau
(Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta (QS. Al-Anbiya`: 107)
|
|
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (الأنبياء:
107)
|
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (QS. Al-Isra`: 70)
|
|
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ
عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (الإسراء: 70)
|
Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
kesukaran untukmu dalam agama (QS. Al-Hajj: 78)
|
|
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ (الحج:78)
|
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia (HR. Al-Baihaqi)
|
|
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ (رواه البيهقي)
|
Sesungguhnya Allah tidak mengutusku
(Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau memperberat para hamba. Akan
tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar yang memudahkan (HR. Muslim)
|
|
إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلا
مُتَعَنِّتًا، وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرً (رواه
مسلم)
|
Seorang muslim sejatinya adalah orang yang
seluruh manusia selamat dari lisan dan tangannya. Sedang seorang mukmin
adalah orang yang mendatangkan rasa aman kepada orang lain dalam darah dan
hartanya (HR. An-Nasai)
|
|
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ (رواه
النسائ)
|
Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan
dalam semua urusan (Muttafaq ‘Alaih)
|